Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Indonesia memiliki tiga modal untuk menjadi kekuatan baru di dunia, yaitu gotong royong, jumlah demografi, dan letak geografis.
Hal itu disampaikan Gatot saat menjadi pembicara Seminar Kebangsaan 'Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka', yang diselenggarakan oleh Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di Gedung Nusantara 1, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/8).
"Kita punya modal bangsa yakni gotong-royong, demografi yang besar, dan geografis yang strategis. Sehingga, semestinya Indonesia bisa menjadi kekuatan baru di dunia," kata Gatot.
Terkait mengantisipasi adanya ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tambah Gatot, sudah seharusnya lembaga-lembaga negara di Indonesia bersatu, tidak saling menuding, bahkan saling menjatuhkan.
Gatot berharap, PKS melalui kadernya di DPR RI, bisa turut membantu menyelesaikan persoalan bangsa dalam menghadapi ancaman NKRI. "Fraksi PKS DPR RI, saya titipkan bagaimana menyelesaikan persoalan bangsa ini ke depannya menuju Indonesia Emas tahun 2045," imbuh Gatot.
Senada dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Presiden PKS M Sohibul Iman mengatakan ada tiga modal sosial yang membuat Indonesia tetap bisa bersatu di tengah segala kemajemukan. Pertama, modal sosial Sense of Belonging (rasa kepemilikan) sebagai bangsa.
"Semua harus merasa memiliki sebagai warga negara," ujar Sohibul Iman.
Kedua, lanjut Sohibul Iman, Sense of Togetherness (rasa kebersamaan) untuk bisa melakukan kerjasama tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, dan antar golongan. Ketiga, masih kata Sohibul Iman, Sense of Trustworthiness (rasa saling percaya), yaitu rasa percaya satu sama lain untuk menjaga agar tidak berkembang bibit radikalisme.
"Kami, PKS bertekad untuk menjadi terdepan dalam memelihara modal sosial bangsa Indonesia tersebut. Tidak perlu menunggu 2045 untuk mencapai Indonesia Emas, kita percepat 2035!" imbuh Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu.
Turut hadir sebagai pembicara, yaitu Ketua Majelis Syuro PKS KH Salim Segaf Aljufri, Presiden PKS M. Sohibul Iman, Pakar Komunikasi Politik Tjipta Lesmana, Sejarawan Anhar Gonggong, serta Staf Ahli Badan Intelijen Negara (BIN) bidang Ideologi dan Politik, Kaharuddin Wahab.
Sumber :