Bengkulu – Tinggal menghitung hari, Indonesia akan memasuki rangkaian tahun politik luarbiasa yakni tahun 2018 pilkada serentak yang diikuti 171 daerah yang tahapannya sudah dimulai sejak Agustus 2017 dan tahun 2019 pemilu.
Berbagai kekhawatiran menyeruak dibenak seluruh bangsa Indonesia seputar penyelenggaraan tahun politik tersebut terutama fenomena-fenomena serta dampak-dampak yang ditimbulkan pra dimulai tahun politik dan pasca tahun politik berlalu.
Kekhawatiran tersebut antara lain makin minimnya partisipasi rakyat terhadap pilkada dan pemilu akibat apatisme kolektif.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menaruh perhatian yang besar pada hal tersebut. Dikatakannya, rakyat Indonesia harus memahami bahwa pilkada dan pemilu adalah pesta rakyat. Disitulah momen tepat implementasi kedaulatan rakyat. Jadi sangat disayangkan jika rakyat apatis lalu memutuskan tidak berpartisipasi atau golput.
“Sangat penting untuk rakyat sadari bahwa rakyat memiliki hak yang sudah diberikan UUD melalui Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan kedaulatan berada di tangan rakyat Indonesia. Itu adalah kekuasaan besar makanya jangan sampai golput. Jika rakyat menyadari haknya itu dan berpartisipasi aktif secara baik maka rakyat akan memilih bupati terbaik, gubernur terbaik, DPRD terbaik, DPR terbaik, Presiden terbaik sehingga dampak baiknya akan kembali kepada rakyat. Itulah tanda mencintai Indonesia,” ujarnya, usai gelar acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Bengkulu, Kamis (21/12).
Ditekankan HNW, yang perlu dipegang dan diingat seluruh rakyat Indonesia adalah dalam menghadapi tahun politik yang penuh hingar bingar harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tetap menjaga kecintaan kepada Indonesia. Untuk itu upaya-upaya untuk menuju kecintaan kepada Indonesia sangat penting dilakukan salah satunya dengan memahami kembali nilai-nilai luhur bangsa melalui berbagai cara salah satunya dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR.
“Sangat penting sekali mengenal tentang Indonesia kita melalui Sosialisasi Empat Pilar MPR supaya kita semakin memahami dan semakin sayang kepada Indonesia kita. Jika kita semakin mengenal dan kemudian sayang kepada Indonesia maka maka kontribusi kita kepada Indonesia akan makin tinggi, salah satu konribusi itu adalah partisipasi kita pada penyelenggaraan pilkada dan pemilu yang akan datang,” ucapnya.
Mengenal kembali Indonesia, lanjut HNW, akan sedikit demi sedikit bahkan menghilangkan sama sekali berbagai kesalahpahaman yang terjadi ditengah masyarakat Indonesia diantaranya kesalahpahaman bahwa demokrasi Indonesia itu bid’ah atau kafir yang disebut Indonesia Phobia. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman akan Indonesia dan perjalanan sejarah Indonesia.
Kesalahpahaman lainnya adalah dalam konteks salah satu agama yakni Islam yang terimejkan secara negatif yang mengira bahwa Islam itu menjadi masalah di Indonesia hanya karena perbuatan satu atau dua oknum yang kebetulan …
Sumber :