Oleh: Azwar Tahir
Reli PKS Sulsel
"Selamat Datang di Kota Pare-Pare; di kota ini lahir pemimpin bangsa Presiden RI Ke - III, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie.”
Demikian rangkaian diksi yang menyambut tiap bola mata yang memasuki Kawasan Kotamadya Pare - Pare, Sulawesi Selatan. Di bagian atas gerbang tampak miniatur perahu Pinisi, alat angkut leluhur orang-orang Bugis yang dikenal bangsa perantau.
Bacharuddin Jusuf Habibie, satu-satunya Presiden dalam sejarah Indonesia yang berasal dari luar Jawa, mendapat tempat yang luar biasa di hati warga Kota Pare-Pare dan kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Di tengah Kota Pare-Pare juga bisa ditemukan “Monumen Cinta Sejati Habibie – Ainun”.
Pernah baca sedikit biografi beliau. Habibie kecil memang tumbuh di luar zona mainstream. Kala rekan sebayanya memilih bermain, Habibie lebih asyik dengan bukunya. Tentu saja beliau bukan pribadi yang anti-social.
Level pergaulan beliau skala internasional. Tapi dari sini kita bisa belajar tentang determinasi. Betapa Habibie sedari awal merawat mimpi-mimpi yang kelak akan ikut merawatnya, menyejarahkan nama besarnya.
Habibie. Pesawat. Jerman. Ketiga diksi ini melekat. Seperti satu paket. Mungkin di antara pembaca, ada yang pernah menonton karakter "Eyang Habibie" muncul di serial animasi “Adit & Sopo Jarwo”. Poinnya, Eyang Habibie adalah ikon dan efektif dalam konteks menanamkan kecintaan generasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terus, mengapa Habibie betah di Jerman? Ada yang mengatakan, Habibie beserta mimpinya minim apresiasi di tanah air. Wajar jika kemudian beliau lebih memilih berkiprah di luar negeri. Dan Jerman kala itu adalah tempat yang tepat untuk menerbangkan idenya.
Ibarat benih padi, Habibie ini benih unggul. Harus ditanam di tanah yang subur. Agar ia bisa tumbuh sebelum kelak dipanen untuk dinikmati banyak orang.
Meski Eyang Habibie telah pergi, mimpi beliau tetap hidup. Dan di antara sedikit elit yang merawat mimpi Habibie, ada nama Zulkieflimansyah, Kader PKS yang kini diamanahi sebagai Gubernur NTB. Bagi Bang Zul, yang kita kenal dengan keberhasilannya di Moto GP Mandalika, tidak ada pertumbuhan ekonomi yang bisa bertahan lama tanpa perhatian pada teknologi.
Lebih jauh, mantan Rektor Universitas Teknologi Sumbawa ini, menilai program warisan Eyang Habibie yang begitu berharga tidak pernah diperbincangkan secara strategis. Yang mau tahu lebih dalam, boleh googling dengan kata-kata kunci “PROGRAM RISET DAN TEKNOLOGI PAK HABIBIE DIHANCURKAN! | AF UNCENSORED FT. ZULKIEFLIMANSYAH”.
Semoga yang akan menjadi Presiden ke 8 nanti, melanjutkan mimpi Habibie. Dan soal partai, pilih nomor 8 ya ...
Sumber :