Seusai berfoto dengan jajaran pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan para veteran yang diundang PKS, tiga pemuda berbaju serba putih tiba-tiba didatangi oleh beberapa orang.
"Mas, sebentar ya. Mau minta foto dulu (dengan paskibra). Wawancaranya nanti ya?" kata seorang pria berjas khas PKS. Ia segera ambil posisi di tengah-tengah tiga pemuda berbaju serba putih, yang tak lain adalah pasukan pengibar bendera (paskibra).
Mereka berdiri dengan latar belakang bendera merah putih menjulang ke atas gedung DPP PKS, hasil atraksi dari Kepanduan PKS.
Paskibra memang kerap menjadi salah satu pusat perhatian dalam sebuah upacara kemerdekaan. Tak terkecuali di upacara memperingati kemerdekaan yang diadakan di halaman gedung DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (17/8/2017).
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam upacara ini menjadi Pembina Upacara, posisi yang sama tahun lalu ditempati oleh Ketua Majelis Syuro Habib Salim Segaf Al-Jufri. Rangkaian acara yang dimulai dengan pembacaan ayat-ayat Alquran, pembacaan doa, pengibaran Bendera Merah Putih, pembacaan naskah Proklamasi hingga penyampaian Amanat Presiden PKS, berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh sebagian besar pimpinan PKS.
Acara peringatan detik-detik proklamasi ditutup dengan berbagai atraksi menarik dari Kepanduan PKS. Nampak hadir di acara yang dilaksanakan di halaman depan MD Building ini, jajaran pimpinan PKS, yaitu Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al-Jufri, Ketua Dewan Syariah Pusat (DSP) Surahman Hidayat, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Suharna Surapranata, Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini, para pimpinan DPP, DSP, MPP (Majelis Pertimbangan Pusat) dan perwakilan dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Tak lupa, dengan mengajak para veteran RI, pimpinan PKS melakkan potong tumpeng sebagai wujud rasa syukur atas 72 tahun Kemerdekaan RI.
Tiga pemuda itu adalah Subhanil Hanif, Langlang Wirabuana dan Muhammad Zulfikar. Subhanil adalah alumnus SMK Daarut Tauhiid Bandung, sekolah di bawah yayasan milik dai kondang KH.Abdullah Gymnastiar.
Kini ia kuliah semester awal di Universitas Gunadarma jurusan Teknik Informatika. Sementara Langlang adalah alumnus SMA 20 Jakarta yang kini kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Dan Muhammad Zulfikar memilih jalur berbeda ketika selesai dari sekolah menengah atas.
"Oh iya nama saya Zulfikar, temannya Langlang juga," katanya mengklarifikasi. "Bukan Ghufron he-he-he. Selepas lulus sekolah saya fokus membantu orangtua yang bergerak di sektor pertanian," kata pemuda itu.
Di dada sebelah kirinya memang terdapat label nama Ghufron. Ia datang dari Bangka Belitung dan tidak membawa Baju Dinas Upacara (BDU). Sebagai teman, Langlang pun gesit mencarikan baju untuk Zul, begitu Zulfikar intim disapa.
Sebagai pasukan pengibar bendera, mereka bertiga memiliki pengalaman yang menarik. Langlang dan Zul pernah mengikuti seleksi nasional saat masih duduk kelas X dan kemudian dikarantina di kawasan Cibubur. menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (paskibra) di Istana Negara pada tahun 2015. Sementara Subhanil yang memiliki kulit lebih terang dari kedua temannya, pernah menjadi paskibra tingkat daerah Jawa Barat.
Langlang, Zul dan Subhanil mengaku merasa terhormat menjadi pasukan pengibar bendera di upacara kemerdekaan yang diadakan oleh PKS. "Apalagi di sini tadi ada tilawahnya saat upacara. Lebih nyaman dengarnya."
Di tengah-tengah berdiskusi dengan mereka, selalu ada yang permisi untuk minta foto bersama ataupun swafoto melalui ponsel. Dari mulai bapak-bapak kader PKS, Kepanduan PKS hingga ibu-ibu Santika yang berfoto bak foto keluarga lengkap dengan deretan kursi.
"Ha-ha-ha," mereka bertiga mendadak tertawa kor ketika ditanya bagaimana menjadi artis sehari-hari karena sibuk diajak foto. Klik!
Sumber :
Mereka berdiri dengan latar belakang bendera merah putih menjulang ke atas gedung DPP PKS, hasil atraksi dari Kepanduan PKS.
Kini ia kuliah semester awal di Universitas Gunadarma jurusan Teknik Informatika. Sementara Langlang adalah alumnus SMA 20 Jakarta yang kini kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Dan Muhammad Zulfikar memilih jalur berbeda ketika selesai dari sekolah menengah atas.
Di dada sebelah kirinya memang terdapat label nama Ghufron. Ia datang dari Bangka Belitung dan tidak membawa Baju Dinas Upacara (BDU). Sebagai teman, Langlang pun gesit mencarikan baju untuk Zul, begitu Zulfikar intim disapa.