Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring mengatakan, distribusi gas lewat pipa ke setiap rumah tangga dan sektor usaha lebih aman daripada dengan tabung gas elpiji, baik yang berukuran 3 kg atau 12 kg.
Penggunaan tabung gas selama ini menimbulkan kerawanan seperti ledakan tabung yang sering kali menimbulkan korban jiwa. Kampanye pipanisasi gas harus segera dilakukan.
“Saya lihat di negara-negara lain seperti Pakistan bahkan Bangladesh dan India, jaringan-jaringan pipa gas masuk ke rumah-rumah makan, bahkan ke warung-warung kopi. Bila terdeteksi ada kebocoran pipa, gasnya otomatis mati,” kata Tifatul saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik ke Kantor Pertamina di kawasan Sicanang Belawan, Medan, Provinsi Sumatera Utara, Minggu (30/9/2018).
Konversi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke gas, sambung Anggota F-PKS DPR ini, memang sudah dilakukan. Dan harga gas jauh lebih murah daripada BBM. Dengan distribusi menggunakan pipa, harga gas bisa ditekan lagi jadi lebih murah daripada menggunakan tabung gas. Sepertiga lebih murah perbandingannya, kata Tifatul.
Ditambahkan legislator dapil Sumatera Barat itu, produksi gas masih jauh lebih banyak daripada BBM. Bahkan, kini lifting minyak Indonesia berada di angka 770 barel per hari. Sementara kebutuhan sudah lebih dari 1.100 barel per hari. Jadi, depositnya sudah terlalu banyak dan harus segera dikonversi.
“Kalau tidak ada, APBN akan terbebani untuk subsidi dan ini akan mengeluarkan biaya ratusan triliun rupiah seperti sekarang ini. Konversi BBM ke gas akan menjadi penghematan bagi negara dan masyarakat juga akan menjadi ringan,” tutup Tifatul. (afr/sf)