Saya pribadi “membersamai” PKS sejak 1999, yaitu saat pemilu multipartai pertama paska keruntuhan Orde Baru. Waktu itu saya mulai mengajak lingkup terdekat untuk memilih PKS (yang waktu itu masih Partai Keadilan).
Dan hasil pemilu saat itu benar-benar jauh dari harapan, PK hanya menempati posisi 1,7 persen suara dan tidak lolos syarat minimal untuk ikut pemilu berikutnya. Setelah berubah menjadi PKS, suara partai ini naik secara signifikan pada 2004 dan menempatkan Hidayat Nur Wahid sebagai Ketua MPR RI.
Sejak PKS mulai menempati panggung politik nasional, kemudian berkoalisi dengan pemerintah SBY, sejak itulah partai ini mulai dapat serangan-serangan dari haters (para pembenci). Yang diserang bukan saja partainya, tapi juga pribadi-pribadi kadernya. Walau sering turun ke bencana dan melakukan aksi sosial, PKS tetap jadi sasaran empuk lawan-lawannya
Uniknya, serangan-serangan terhadap PKS selalu mengulang lagu yang lama. Ibarat kaset, diputar terus menerus menjelang pemilu dan pilkada. Karena topik serangannya selalu sama, maka saya coba rangkum dalam tulisan singkat ini lengkap dengan sanggahannya.
"PKS ANTI NKRI?"
Pertama, PKS adalah partai anti NKRI dan ingin mendirikan negara Islam. Ini adalah isu lama yang masih terus digoreng sampai sekarang. Saat PKS mengusung Adang Darajatun – Dani Anwar pada pilgub DKI Jakarta 2007, tersebarlah black campaign berupa poster-poster provokatif yang mengingatkan warga Jakarta untuk tidak memilih partai Taliban.
Kalau PKS menang, maka Jakarta akan jadi seperti Afghanistan di zaman Taliban di mana hak-hak wanita akan dikekang. Bertahun-tahun sejak kampanye hitam ini dikumandangkan, PKS pernah memimpin Jawa Barat 2 periode, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Barat, Kabupaten Bandung, Kota Depok, Maluku Utara dan lainnya.
Selama kader-kader PKS berkuasa sampai kemudian digantikan oleh tokoh lain, tidak ada kebijakan apapun yang memenjarakan kebebasan wanita, menerapkan hukum Islam seperti potong tangan, atau kebijakan copy-paste dari pemerintahan Taliban. Semua berbeda 180 derajat. Fakta ini menunjukkan, bahwa isu anti NKRI atau mendirikan negara Islam sudah terbantahkan.
"PKS ANTI BHINEKA TUNGGAL IKA?"
Kedua, PKS anti Bhinneka Tunggal Ika. Ini juga isu yang cukup menggelitik, karena para haters menganggap PKS tidak toleran terhadap agama lain. Padahal, testimoni-testimoni betapa PKS partai yang sangat menghormati keberagaman justru datang dari tokoh-tokoh non muslim.
Ketua Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia (SAKTI) Eddie Kusuma, misalnya, mengatakan PKS adalah partai kader yang sangat Pancasilais. Sebelumnya, ada Terius Yigibalom, tokoh Kristen yang menjadi pengurus aktif DPD PKS Kabupaten Lanny Jaya, Papua.
PKS juga sering mengundang tokoh-tokoh lintas agama dalam setiap kegiatan internal, termasuk melakukan kunjungan ke lembaga-lembaga keagamaan non muslim. Kader PKS juga beragam dan berasal dari berbagai daerah. Orang Jawa, Batak-Melayu, Bugis, Sunda pernah jadi presiden PKS. Jadi, isu anti kebhinekaan itu sudah cukup basi buat dipakai lagi.
"PKS PARTAI POLIGAMI?"
Ketiga, PKS adalah partai poligami. PKS mendorong kadernya untuk memiliki istri lebih dari satu. Benarkah? Mari kita lihat dalam keseharian. Jika di sekitar lingkungan Anda ada kader PKS yang menjadi pengurus DPC maupun DPRa, tanyakan atau selidiki berapa banyak dari mereka yang berpoligami. Tidak ketemu? Oke, cari lagi ke level kota dan provinsi. Sampai ke level nasional.
Mungkin saja Anda akan menemukan ada beberapa kader yang berpoligami, namun jika dibandingkan yang monogami, yang poligami jauh lebih sedikit jumlahnya. Dan poligami adalah sesuatu yang halal, legal dan sah. Poligami bukan perselingkuhan, bukan juga perzinahan.
Ada banyak pria yang bukan kader PKS yang berpoligami, lalu kenapa hanya kader PKS yang disorot? Ada banyak kader-kader PKS yang hanya beristri satu, lalu kenapa yang dipermasalahkan hanya yang berpoligami saja? Ada banyak kader-kader partai lain yang berselingkuh dan berzina hingga diberitakan media, namun kenapa masyarakat cuek-cuek saja?
"PKS PARTAI PENJUAL AGAMA?"
Keempat, penjual agama. Orang-orang PKS adalah orang-orang yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politik. Yang menjual ayat dalam setiap kampanyenya. Yang menganggap diri sebagai pemegang kunci surga. Ini pun serangan yang cukup lucu bagi saya sebagai pribadi.
Sebab sejauh pengalaman saya berinteraksi dan mengikuti pembinaan kader PKS selama hampir 20 tahun (di Bandung, Jakarta, Karawang dan Bogor) kami tidak pernah sekalipun diajarkan untuk menjelek-jelekkan kelompok lain.
Dan tidak menganggap diri sebagai ahli surga. Malah tiap pekan kita diminta untuk bermuhasabah diri, melakukan evaluasi amal. Logikanya, kalau sudah dijamin masuk surga, buat apa muhasabah? Justru mereka yang jual agama itu adalah mereka yang tidak pernah ke masjid lalu tiba-tiba ke masjid ketika dekat waktu kampanye.
Yang bukan beragam Islam kemana-mana bawa Al Qur’an demi dapat dukungan suara dari umat Islam saat pilgub. Yang tidak pernah pakai jilbab tiba-tiba pakai jilbab saat nemenin suaminya debat capres. Inilah para penjual agama sejati.
"PKS PARTAI SAPI?"
Kelima, partai sapi. Hewan yang jadi idola saat Idul Adha ini mendadak ngetop ketika terjadi kasus LHI tahun 2013. Para haters ketika menyerang PKS selalu menggunakan isu ini, seolah supaya masyarakat tidak lupa terhadap kasus impor sapi.
Sampai saat ini pun, LHI tidak terbukti menerima uang 1 rupiah pun dan tidak ada kerugian negara sepeserpun juga dari kasus tersebut. Uang itu tidak pernah diterima, dan semua dakwaan hanya berdasarkan keterangan dari saksi.
Meski demikian, PKS tetap menghormati proses hukum dan keputusan hakim. Saat ini LHI segang menjalani masa hukuman 18 tahun. Dalam penjara ia menjadi guru ngaji bagi tahanan lainnya. Jika LHI menjalani hukuman 18 tahun, bagaimana harusnya hukuman untuk koruptor bansos di masa pandemi kemarin?
"YANG DIKRITIK SELALU BENAR, PKS SELALU SALAH?"
Keenam, jika PKS mengkritik kebijakan pemerintah, maka berarti pemerintah sudah benar. Para haters mencoba membalikkan logika orang awam bahwa pemerintah pasti benar dan PKS pasti salah. Dalam setiap pemberitaan PKS yang mengkritik kebijakan, maka pasti akan ada komentar seperti ini.
Sebenarnya mudah sekali mematahkan serangan ini. Paling gampangnya, PKS tidak sendirian dalam mengkritik rezim Jokowi. Contoh, saat PKS menolak Permendikbud 30 agar dicabut dan kemudian direvisi, organisasi Muhammadiyah juga turut mengkritisi kebijakan itu. Berarti, kalau Muhammadiyah mengkritk pemerintah, bisa diartikan pemerintah sudah benar?
PKS juga menolak RUU Cipta Kerja (Omnibus Law) menjadi Undang-Undang. Organisasi Nadhatul Ulama (NU) turut juga menolaknya. Apakah ini berarti kalau NU mengkritik pemerintah maka pemerintah sudah pasti benar?
"PKS TIDAK PUNYA KADER BERPRESTASI UNTUK JADI CALON PRESIDEN?"
Ketujuh, PKS tidak punya kader berprestasi yang bisa dicalonkan jadi presiden. Nah, kalau yang ini, mudah sekali membantahnya. Kita bisa sebut mulai dari Gubernur Jawa Barat 2 periode Ahmad Heryawan yang menerima setidaknya 75 penghargaan.
Lalu ada Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang dinobatkan sebagai Kepala Daerah Inovatif karena berhasil mengubah Sumbar dari kondisi paska gempa yang minus dan porak poranda menjadi kembali bangkit dan menorehkan berbagai prestasi dalam hal pembangunan dan kesejahteraan.
Kemudian ada Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah yang menerima Indonesia Attractiveness Award kategori Gold Pelayanan Publik. Program unggulannya adalah NTB Care, Revitalisasi Posyandu, Program NTB tanpa sampah (NTB Zero Waste) dan Balance Score Card (BSC).
Di tingkat kota, ada Walikota Bandung (alm) Oded Danial yang dalam satu pemerintahannya telah meraih 134 penghargaan. Tentu juga ada Doktor Salim Segaf Al Jufrie, Ketua Majelis Syuro PKS saat ini yang pernah mengemban amanah sebagai Menteri Sosial zaman SBY, Duta Besar di Arab Saudi dan Oman serta Wakil Ketua Persatuan Ulama se Dunia.
Prestasinya saat menggulirkan Program Keluarga Harapan (PKH) saat menjadi Mensos banyak dikenang warga yang merasakan. Tentu masih banyak lagi prestasi kader PKS yang mumpuni.
Maka untuk menghadapi haters, tidak perlu baper. Haters itu tidak berlogika, mereka bernarasi. Serangannya tidak original, tapi artifisial. Meski begitu, haters adalah bagian dari masyarakat Indonesia.
Di manapun kader PKS yang menjadi pejabat publik, haters atau lovers sama-sama harus mendapat pelayanan yang adil. Mengapa? Karena PKS adalah partai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi semua makhluk, baik yang mendukung PKS maupun yang menentangnya.
Sebab itulah PKS hadir, dihadirkan, dan menghadirkan keadilan dan kesejahteraan untuk semua masyarakat.
Oleh. Muhammad Zulkifli
Sumber :