Jakarta (04/11) — Enam Ribuan Pramuka dari 100an pesantren se Indonesia pada Kamis, 3 November 2022, berdatangan ke Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta. Kedatangan mereka di bumi perkemahan yang sangat popular itu untuk mengikuti ‘Perkemahan Pesantren Nasional (Perpenas) IV’.
Kegiatan yang dikoordinasi oleh ‘Majelis Pesantren dan Ma’had Da’wah Indonesia (Mapadi)’, suatu Ormas yang membidangi kegiatan kepesantrenan itu berlangsung mulai tanggal 3 hingga 5 November 2022.
Tema Perpenas IV tahun ini adalah ‘Melalui Perpenas IVMapadi Kita Optimalkan Potensi Anak Bangsa Untuk Mengelola Kehidupan, Pengabdian, Kepada Bangsa dan Negara Demi Kejayaan NKRI’.
Saat Pembukaan Perpenas IV, 3 November 2022, hadir juga Wakil Ketua MPR Dr. Hidayat Nur Wahid MA (HNW). Dalam pembukaan perkemahan Pramuka dari kalangan pesantren tersebut selain menjadi inspektur upacara, pria yang menjadi Ketua Dewan Pembina Mapadi itu juga diminta memberikan pembekalan kepada para Santri maupun Santriwati peserta Perkemahan Pesantren Nasional ke IV oleh Mapadi.
Dihadapan ribuan Pramuka Santri yang berada di hadapannya, HNW menegaskan pentingnya para Santri memahami bahwa pemilihan tanggal pelaksanaan Perkemahan Nasional para Santri dari tanggal 3 hingga 5 November, bukan tanpa maksud pendidikan yang dipentingkan, yaitu agar para Santri menghayati peristiwa2 bersejarah pada sebelum dan sesudah tanggal 3-5/November, yaitu adanya peristiwa Resolusi Jihadnya KH Hasyim Asyari pd tanggal 22 Oktober (1945, yang sejak tahun 2015 oleh Presiden Jokowi di Kepreskan menjadi Hari Santri Nasional), lanjut pada tanggal 28 Oktober (1928) menjadi hari Sumpah Pemuda, dan berlanjut hingga tanggal 10 November yang menjadi Hari Pahlawan.
Dengan menginternalisasikan pemahaman atas peristiwa2 mensejarah itu, agar para Santri bisa mempersiapkan diri melanjutkan peran mensejarah yang sangat dinanti dan berguna mengawal perjalanan Umat, Bangsa dan Negara mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka dengan peran kolaborasi dari para Santri dan Kiyai bersama tokoh-tokoh Bangsa Indonesia lainnya.
HNW juga menceritakan dirinya sejak SD hingga nyantri di Pondok Pesantren Modern Gontor, bahkan saat melanjutkan Kuliahnya di Madinah Saudi Arabia, selalu aktif dalam kegiatan Pramuka.
“Ayah mendorong saya untuk aktif dalam kegiatan ini”, ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Selama berkegiatan di Pramuka, Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu menyebut kerap melakukan perkemahan dan sering menjadi utusan Pondok Gontor dan Universitas Islam Madinah mengikuti berbagai lomba perkemahan.
“Namun saya belum pernah mengalami kegiatan perkemahan Pramuka di bumi perkemahan Cibubur. Beruntung lah kalian Santri-santri MAPADI sudah bisa mengalami perkemahan di lokasi penting di sini”, ujarnya dengan tersenyum.
Diceritakan saat mengikuti kegiatan Pramuka di Gontor dan kemudian di Madinah, ia mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pembiasaan yang sangat berharga.
Dibiasakan untuk mandiri, percaya diri, juga dibiasakan kerja sama dalam satu grup untuk mengatasi rintangan maupun mensukseskan usulan dengan mengasah berbagai ketrampilan. Ditanamkan juga rasa tidak takut, berani, dan mencoba segala hal yang baru bila membawa pada kebaikan. Aktivitas seperti perkemahan, jurig malam, peta buta, PPPK, semua pernah dikerjakan secara maksimal.
“Terasa nikmat dan penuh manfaat. Maka jadikan Perpenas sebagai kegiatan yang menyenangkan bukan yang membosankan, apalagi membebani yang membuat tidak nyaman”, tegasnya.
Pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu mengakui Pramuka adalah satu gerakan, kegiatan, aktivitas, yang luar biasa dan sangat bermanfaat. Mengikuti kegiatan ini membawa manfaat yang sangat bernilai dan jangka panjang. Dari Pramuka diajarkan tentang cinta alam, lingkungan, belajar kerja sama, saling menguatkan, dan kebersamaan.
Sangat tepat bila generasi muda aktif dalam kegiatan Pramuka. Di kegiatan ini tumbuh berkembang dalam cita-cita yang luhur dan mulia. Meletakan generasi muda dalam satu bingkai yang tepat dan benar. Dengan mengikuti Pramuka maka akan tumbuh rasa cinta tanah air. Kegiatan Pramuka di pesantren seiring dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan di Pesantren-pesantren.
“Dari kegiatan ber-Pramuka seperti ini bisa menjadi sarana untuk melahirkan generasi yang membawa Islam sebagai rahmatan lil alamin, calon-calon Ulama maupun zu’ama (Pemimpin-pemimpin) yang cinta Islam dengan memperdalam kaji dan ngaji, dan cinta NKRI; Bangsa dan Negaranya” tuturnya.
Untuk itu dirinya mendorong para peserta acara itu untuk memaksimalkan pengambilan manfaat dari semua potensi yang ada dalam Perpenas ini.
HNW ingat saat orangtuanya memberangkatkan dirinya belajar di pesantren. Ia selalu ingat pesan agar tidak menyianyiakan waktu, kesempatan, dan seluruh potensi pendidikan yang ada di Pesantren. Apa yang ada di pesantern agar dimanfaatkan semaksimal mungkin agar semua ilmu bisa diserap, dengan etika, laku, adab, ilmu, penguatan ukhuwah Islamiyah dengan sesama Santri dan lainnya, adalah diantara nilai dan budaya Islami dan sekaligus Indonesiawi yang ditanamkan di pesantren.
HNW melanjutkan amanat Inspektur Upacara, agar nilai dasar itu merupakan nilai yang luar biasa, sangat baik, dan benar, sehingga para Santri bisa merasakan dampak yang sangat positif dan meluas setelah para Santri tamat dari Pesantren untuk bertemu dengan komunitas berbangsa dan bernegara Indonesia yang sangat menghormati Santri dan Pesantren.
Bilai nilai-nilai itu dimaksimalkan maka akan menjadi bekal yang luar biasa untuk bisa dinikmati dan dikembangkan setelah keluar dari pesantren.
“Sebagai Santri, bila melaksanakan pesan-pesan konstruktif seperti diatas, maka Kita, para Santri, mempunyai pegangan yang kuat, baik dan benar, sehingga tidak bingung diombang-ambingkan berbagai isu maupun nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jiwa Santri, juga tidak sesuai dengan cita-cita Indonesia Merdeka.
Sehingga dengan Santri ber-Pramuka, maka para Santri akan selalu mempunyai kegiatan yang bermanfaat serta nilai-nilai dasar dalam kehidupan, untuk melanjutkan peran para Santri pejuang dan Kiyai pahlawan-pahlawan Bangsa dan Negara Indonesia bersama seluruh komponen bangsa lainnya ”, pungkasnya.
Sumber :