Progress 98 melalui Ketuanya Faizal Assegaf pada Kamis, 10 Juli 2014 menyerukan alasan dibalik retorika Megawati yang bermaksud menciptakan kerusuhan pasca pilrer 9 Juli 2014 yang baru lalu.
Tekad Prabowo Subianto bila terpilih akan membongkar kejahatan perampokan uang negara yang setiap tahun mencapai lebih dari seribu triliun rupiah telah membuat konglomerat hitam panik.
Suara lantang Prabowo tentang skandal kerugian negara tersebut muncul bukan tanpa alasan. Namun, Prabowo telah merampung berbagai bukti dan menyiapkan langkah-langkah konkret serta mengajak rakyat untuk terlibat dalam misi mulia tersebut.
Prabowo menegaskan: Bila bocoran uang negara itu diantsipasi maka dapat disalurkan bagi kesejahteraan hidup rakyat banyak. Sebuah harapan yang luhur dan sangat menyentuh kesadaran banyak orang.
Sikap berani dan gaya bicara blak-blakkan yang ditunjukan oleh Prabowo memicu ragam spekulasi dari berbagai kalangan di dalam dan luar negeri.
"Beberapa media asing merespon kehadiran Prabowo dengan apa yang mereka sebut sebagai cikal bakal lahirnya kepemimpinan "macan Asia"
Beberapa media asing merespon kehadiran Prabowo dengan apa yang mereka sebut sebagai cikal bakal lahirnya kepemimpinan "macan Asia". Dan memposisikan watak nasionalisme Prabowo sejajar dengan tokoh internasional seperti Hugo Saves, Fidel Castro, Ahmadinejad serta menegaskan Prabowo akan membawa Indonesia ke jalan masa depan yang gemilang.
Terkait dengan ihwal skandal perampokkan ribuan triliun uang negara yang disuarakan oleh Prabowo, dalam pemetaan politik nasional terkini, telah menuai kekhawatiran yang serius.
Sebut saja, kubu PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputri, tanpa diketahui oleh publik telah mendapatkan tekanan yang luar biasa dari jaringan konglomerat hitam. Pasalnya, para cukong BLBI tersebut dengan gencar mendorong PDIP dan mitra koalisinya untuk melakukan segala cara mencegah agar Prabowo tidak menang di pilpres 2014.
Seorang wartawan senior Kompas (corong konglomerat hitam) berinisial "PN", secara terang-terangan menulis di laman media sosialnya bahwa: "kami mendukung Jokowi tak sekedar untuk menang, namun lebih utama adalah untuk mencegah Prabowo tidak terpilih sebagai presiden di negeri ini...". Tegasnya kalaupun Jokowi kalah, maka Kompas akan mendorong terjadinya kekacauan nasional.
Pernyataan sang wartawan Kompas yang terlacak memiliki hubungan spesial dengan JK, selaras dengan sikap politik yang tengah dimainkan oleh Megawati dan mitra koalisinya. Di mana telah menyiapkan skenario politik: (1) Jokowi sebagai capres boneka PDIP diupayakan dengan segala cara agar menang. (2) Bila Jokowi kalah maka langkah yang diambil adalah membuat kerusuhan dengan fitnah bahwa Pilpres curang dan tidak legitimasi.
Rencana politik bumi hangus itu pun dimainkan dengan sempurna. Hanya beberapa jam setelah kubu PDIP mendapatkan informasi tentang kekalahan Jokowi, spontan Megawati dan mitra koalisinya melakukan pertemuan darurat. Kemudian secara sepihak mengumumkan Jokowi menang dan telah menjadi presiden pilihan rakyat.
Celakanya, klaim busuk itu didasari oleh manipulasi hasil perhitungan cepat lembaga survei, yang sebelumnya telah disiapkan sebagai instrumen politik untuk memuluskan skenario jahat mereka.
Tindakan Megawati dan komplotan mitra koalisinya wajar bila kemudian menuai kecaman yang luas dari berbagai pihak. Megawati dituding hendak bermaksud menggagalkan pemilu presiden dan bertujuan memicu konflik berdarah sesama anak bangsa.
Mencermati skenario hitam tersebut, saya kira rakyat tidak boleh mengambil sikap pasif apalagi terperdaya dengan kebohongan yang mereka lakukan. Sudah saatnya rakyat bersatu dan bangkit melawan kejahatan politik Megawati dan komplotan konglomerat hitam serta kawanan politisi busuk.
Tetaplah berjuang untuk mengantarkan Prabowo sebagai pemimpin nasional guna menyelamatkan kebocoran uang negara ribuan triliun dari tangan-tangan jahat konglomerat hitam. Rebut kembali Indonesia yang telah dikuasai oleh segelintir orang yang bertindak semena-mena terhadap kehidupan rakyat banyak.
Sumber :