Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid berharap ormas Islam Mathla'ul Anwar bisa berperan besar dalam praktek pengamalan Pancasila.
Seperti yang pernah dicontohkan oleh pemimpin Mathla'ul Anwar dimasa perjuangan, yaitu Maria Ulfa Santosa.
Dia adalah wanita pertama yang bergelar sarjana hukum. Selain itu Maria Ulfa merupakan menteri sosial pertama, dan pengurus Pimpinan Pusat Mathla'ul Anwar.
Pada zamannya, Maria Ulfa merupakan satu dari dua perempuan yang ikut merancang konstitusi. Dia termasuk orang yang gigih mempertahankan Pancasila seperti yang terdapat dalam piagam Jakarta. Tetapi Maria Ulfa juga bisa mengalah untuk menghilangkan tujuh kata dalam piagam Jakarta, semata-mata agar Indonesia tetap utuh, dan tidak bercerai berai.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR dikalangan anggota dan pengurus Mathla'ul Anwar se-Jawa tengah. Acara tersebut berlangsung di Wisma Perdamaian Jawa Tengah, Jl. Imam Bonjol no. 29 Semarang, Senin (25/9).
Sosok seperti Maria Ulfa, menurut Hidayat sangat dibutuhkan bangsa Indonesia. Wawasan dan keyakinannya sangat kuat, tetapi demi kepentingan bangsa Indonesia, dia mau mengalah. Tidak sekedar mementingkan pemikiran dan keyakinannya saja, tetapi mau berkorban demi bangsa dan negara.
"Inilah pengorbanan yang ditunjukkan Maria Ulfa dan harus ditiru seluruh anggota Mathla'ul Anwar", kata Hidayat menambahkan.
Pengorbanan yang telah dilakukan Maria Ulfa menurut Hidayat menjadi salah satu penanda bahwa masyarakat muslim sudah memberikan pengorbanan besar dalam menjaga keutuhan NKRI. Karena itu menjadi sangat tidak tepat jika Umat Islam dikatakan mau merusak. Karena sesungguhnya umat Islamlah yang banyak berkorban demi keutuhan NKRI.
Sumber :