Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membuka dan menjadi narasumber dalam diskusi kebangsaan bersama BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa) Universitas Gadjah Mada di Auditorium Pasca Sarjana UGM, Jogyakarta, Kamis (2/11).
Hidayat Nur Wahid mengungkapkan pentingnya menghadirkan kebersamaan dan kenegarawanan di tengah menguatnya perbedaan-perbedaan saat ini.
Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa Indonesia terbentuk dari dialektika kebersamaan dan relasi dari kaum muda terpelajar. "Merekalah (kaum muda terpelajar itu) yang menyelamatkan dan tidak membuat Indonesia terpecah," katanya.
Hidayat merujuk peran kaum muda terpelajar pada saat ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928. Para pemuda terpelajar dari berbagai daerah menyepakati satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Menurut Hidayat, kaum muda terpelajar itulah yang mendorong kebersamaan dan persatuan Indonesia. Kaum muda terpelajar itu berasal dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes. "Mereka beragam tetapi bisa menyepakati tentang nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia," katanya.
Kebersamaan dan kenegarawanan kaum muda terpelajar, lanjut Hidayat, juga tercermin dalam sidang dan rapat BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI ketika membahas dasar negara. Dalam sidang dan rapat anggota BPUPKI, Panitia Sembilan dan PPKI tidak mempertajam konflik.
"Mereka adalah kaum muda terpelajar. Bung Karno, Bung Hatta, dan lainnya. Meski beragam, dengan kenegarawanan para founding fathers dan founding mothers bisa menyepakati Pancasila sebagai dasar negara," jelas Hidayat.
"Pancasila diterima dalam konteks kenegarawanan yang luar biasa. Mereka tidak menghadirkan ego sektoral dan ego intelektual tetapi melahirkan ego kebersamaan," tambahnya.
Para founding fathera dan founding mothers, lanjut Hidayat, mementingkan kebersamaan dan persatuan supaya bangsa Indonesia tidak pecah. Ini terlihat dari diakomodasinya kepentingan perwakilan Indonesia timur berkaitan dengan penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
Sosialisasi Empat Pilar MPR, kata Hidayat, adalah dalam rangka menyegarkan dan mengingatkan kembali bagaimana sejarah telah menunjukkan pentingnya kebersamaan dan kenegarawanan. "Kenegarawanan dan kebersamaan penting untuk dihadirkan kembali saat ini di tengah menguatnya perbedaan," ucapnya.
Sumber :