Hari ini, Selasa, 9 Agustus 2022, serasa empat setengah tahun yang lalu. Padahal hanya sekedar perjalanan menuju Bandung, Jawa Barat. Juga menguak kenangan lama, rentang delapan tahun sebelum berdirinya Partai Keadilan.
Kerinduanku sedikit terobati.
Alhamdulillah Jumat sore di bulan Januari tahun 2018 itu dapat bersilaturrahim dan berbincang kecil dengan Guruku tercinta Ustadz Hilmi Aminuddin. Kepada beliau saya tawarkan secangkir teh, kopi, atau segelas air bening hangat, Ustadz hanya mengatakan tidak dan terima kasih penuh senyum, dalam Bahasa Sunda yang santun.
Ustadz bila berbicara dengan beberapa orang di antara kami, misal dengan Ustadz Ma'mur Hasanuddin, Kang Harna Surapranata, Ustadz Muhamad Taufik Ridlo, atau saya hampir selalu berbahasa Sunda yang halus.
Medio 1988 saya mengikuti kegiatan dakwah beberapa lama di Malaysia dan silaturrahim di Thailand. Pulang ke Tanah Air, Alhamdulillah dipertemukan dengan Ustadz Hilmi. Dengan difasilitasi Heru Supriyanto, kami rutinkan studi dan diskusi bersama.
Ada MS Kaban, Egi Sudjana, Hudoro Ridwan, Untung Wahono, Suswono, Achyar Eldine, Hermanto, Yoserizal Geneng, B. Wirawan, Achmad, Muji, dan yang lainnya. Saya mendapat amanah dakwah antara lain khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, serta Sulawesi Utara di bawah koordinasi Mutammimul “Ula.
Di Bogor kami hanya berenam, UW, SW, AR, AB, Ib, dan saya.
Kemudian bertambah, dan bertambah dalam memakmurkan dakwah dan pengajian berkala bersama: TP, Yuspater Parangin-angin, MTR, Mohammad Ichsan, KSP, R, Syamsuddin Harun, Srono Dumadi, Totong Karyo, Hm, Nuri, Hendratno.
Di Bali saya bertemu dengan Ustadz Triyono, Anwari, dan Budi, sedangkan di Lombok, NTB hanya Ustadz Maliki Sami’un. Di Sulawesi Selatan ada lima rekan, diantaranya Ramli, Helmi, Eddy, Sumitro, Hasan, dan di Sulawesi Utara ada seorang saja, Syaif.
Tahun 1992 saya bersama Ustadz Makmur Hasanuddin mendapat amanah memperluas kegiatan tarbiyah di Jawa Barat. Gabung bersama antara lain Ustadz Tate Qomaruddin, Ustadz Ahmad Heryawan, Benny Imanullah, Yayat Banten Suhartono, Yudi, Wahyudin Munawir, dan seterusnya.
Saya setiap satu pekan sekali berturut-turut berkunjung ke Indramayu, Cirebon, Kuningan, dan Majalengka bersama Ustadz M. Yunus Rasyidi, Anwar Yasin, Ach Noor, Ade Sya’bul Huda dan Dedi. Sepekan sekali saya berkereta-api Cirebon Express bila sedang cukup uang untuk ongkos saat itu, empat ribu rupiah satu kali jalan.
Bila isi saku kurang memadai, saya berkendara darat, bus lanjut dengan angkot via Bandung. Yang kami syukuri dari silaturrahim ini antara lain, nikmat selalu tepat waktu dan semua hadir penuh rindu dan kasih sayang. Sekali-sekali mendapat giliran di rumah kami, di Bogor. Juga ada rekreasi atau bermalam bersama.
Di Bandung cukup banyak aktivis, antara lain Ustadz Tadjuddin Noor dan Ustadz Asep Saefullah, di Ciamis ada Ustadz Umung Anwar Sanusi dan Ustadz Elyas Ismail, di Tasikmalaya ada Ustadz: Thoriq Hidayat, Dede Muharram, Tetep Abdulatip. Garut ada Ustad Syihabudin Ahab, di Sumedang ada Ustadz Dedy Ambara, di Subang ada Ustadz Tata, dan seterusnya.
Demikianlah, hingga tahun 1998 terdeklarasikan DPW Partai Keadilan Jawa Barat, dan saya ditetapkan sebagai Ketua DPW Jawa Barat periode itu. Hasil Pemilu 1999 mengantarkan saya menjadi Anggota DPR/MPR RI (dengan nomor Anggota A-270 periode tahun 1999 -2004.
Bila bersua dengan Ustadz Hilmi Aminuddin, saya selalu membayangkan keindahan dan kesyahduan dakwah dan tarbiah yang dibimbingkannya.
Ustadz Hilmi Aminuddin yang penuh kesejukan dan beberapa nama di atas sudah dipanggil Allah SWT. Sekarang tinggal kita yang melanjutkan amanah itu. Membawa gerbong kereta kebaikan ini terus melaju dan menebarkan manfaat di muka bumi.
Sumber :