Oleh Juli Al- Khansa |
Pekerjaan saya sebagai marketing di sebuah lembaga keuangan syariah bisa dibilang mengukur dan menyetrika jalan. Ya, sehari bisa mencapai tiga bahkan empat kali melewati Jalan Gajah Mada lalu menuju perempatan Kenteng Kulon Progo Yogyakarta.
Karena sayang dengan sepeda motor lawas yang saya pakai sejak kuliah itu, maka ia saya rawat seperti Malika ... (eh, memang Malika minum BBM?) Lanjut ... saya isi dengan pertamax, agar bergizi tinggi dan tetap roso.
Namun, Februari kemarin harga pertamax naik. Saya utak atik, bagaimana caranya agar pengeluaran tidak menjadi pasak yang besarnya melebihi tiang. Maklum, bersamaan memasukkan sekolah dua anak, otomatis biaya bulanan pun tak seperti biasanya.
Bener banget pernyataan Dr Kurniasih Mufidati, ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPP PKS, kalau para ibu jadi bagian yang terdampak dari kenaikan BBM.
"Akhirnya siapa yang harus menanggung beban ini? Ya ibu rumah tangga. Para emak-emak yang setiap hari sudah dibebani cara mengirit pengeluaran keluarga karena ekonomi belum bangkit sejak pandemi."
Mengsedih enggak sih.
Dengan segenap kekecewaan yang membuat batin meronta, saya beranikan diri untuk beralih ke pertalite. Dan tahu apa yang terjadi? motor berasa berat tarikannya. Tak enaklah pokoknya. Meskipun demikian, saya lanjutkan pakai pertalite. Saya berusaha menjalani dengan ikhlas, tabah dan sabar.
Lha kok entuk kabar arep mundhak meneh? aku ki pancen ora entuk pe ka ha, tapi yo rung sugih2 banget Pak Pres ... please deh!
Sumber :