SEMARANG, Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Ikhsan Mustofa meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) untuk mengoptimalkan potensi batik khas Jateng.
Hal itu disampaikan Ikhsan mengingat saat ini kontribusi dari ekspor batik belum dapat banyak meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jateng.
“Jateng kaya corak batik, batik Pekalongan dan Solo, selain itu juga batik Lasem di Rembang. Kita juga memiliki tiga kampung batik yaitu di Laweyan (solo), Kemplong (Kabupaten Pekalongan) dan Girli Kliwonan (Kabupaten Sragen), namun ternyata banyaknya industri batik tersebut belum banyak meningkatkan PAD,”jelasnya, Minggu (2/10/2016) di Semarang.
Ikhsan menyebut, bahwa kain batik dari segi ekonomi sangat membantu meningkatkan perekonomian daerah. Kain batik Jateng sudah menembus pasar internasional hingga hampir di seluruh Asean dan Jepang.
Menurutnya, ekspor batik merupakan potensi unggulan yang patut di banggakan oleh masyarakat Jateng, selain karena batik merupakan warisan budaya para pendahulu, batik juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun hingga saat ini, optimalisasi sektor industri batik ternyata belum banyak berdampak terhadap meningkatnya PAD.
“Bahkan pada tahun 2012 ekspor batik Jateng mencapai USD 150 juta. Jumlah tersebut setidaknya memberikan kontribusi sebesar 35 persen dari total ekspor konveksi bercorak, sengan jumlah sebesar itu, seharusnya dapat sangat menyokong pertumbuhan perekonomian, namun kenyataannya saat ini belum banyak memengaruhi PAD kita,”ujar legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jateng ini.
Selain mendorong optimalisasi ekspor batik, Ikhsan juga melihat ada perkembangan signifikan dari industri batik Jateng, sehingga hal tersebut seharusnya ditangkap pemprov sebagai sarana untuk pengembangan dalam rangka peningkatan PAD. “Pemerintah seharusnya memberikan fasilitas dan membantu membuka jalan untuk memasarkan produk agar jangkauannya semakin luas,”tegas Ikhsan.
Jateng, kata Ikhsan, memiliki kekayaan dan keunikan corak batik yang tidak dimiliki oleh daerah yang lain.“Bahkan di setiap corak batik itu memiliki cerita masing-masing yang menggambarkan kondisi daerah tersebut, ini harus terus dikembangkan,”pungkasnya.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Jateng, setidaknya ada 22 titik di Jateng yang menjadi persebaran industri batik, diantaranya Brebes, Tegal, Pemalang dan Batang (pantura barat). Kemudian Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Rembang dan Blora (pantura timur). Di wilayah selatan dan tengah masing-masing adalah Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas dan Purworejo (pansela) serta Magelang, Wonosobo, Solo, Klaten, Boyolali, Sragen dan Karanganyar (tengah).
Sumber :