Padang (06/05) — Anggota DPR RI dari Fraksi PKS asal Sumatera Barat, Nevi Zuairina, pada kesempatan live streaming salah satu stasiun televisi lokal di Padang menyampaikan tentang makna Idul Fitri bagi Umat Islam yang telah melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan.
“Tidak terasa, hari ini kita sudah berada di ujung bulan Ramadhan. Insya Allah, sehari lagi kita memasuki Ied al-Fitri. Umat Islam telah melakukan ritual besar selama satu bulan penuh, yaitu shiyam ramadhan, pun dengan seluruh rangkaian ibadah dan amal kebajikan lainnya, seperti shalat-shalat sunnah, tadarus al-Qur’an, shadaqah, dan lain sebagainya.
Maka pada bulan Syawal, Allah menggolongkan kita menjadi orang yang mendapat kemenangan dan kembali ke fitrahnya semula (Ied al-Fitri). Idul fitri ada karena adanya shiyam ramadhan, maka tidak ada nilai dan identitas fitri jika tidak ada pelaksanaan shiyam Ramadhan dengan segala rukun didalamnya”, urai Nevi.
Legislator Sumbar II ini mengingatkan saat seorang mukmin dikembalikan ke fitrahnya. Manusia kembali suci seperti bayi yang tidak mempunyai dosa dan salah. Untuk itu, Bulan Ramadhan dimana merupakan bulan pengampunan, nantinya setelah usai Ramadhan memasuki bulan Syawal dan seterusnya, ia menyarankan agar setiap insan terus melaksanakan ibadah-ibadah yang menjadikan semakin bertakwa.
Nevi mengatakan, Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna apabila terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama manusia, terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang lain.
“Melalui momentum Idul Fitri kita jadikan sebagai sarana meminta maaf dan memaafkan orang lain dengan bersilaturahmi (menyambung kasih sayang) baik kepada suami atau istri, kedua orang tua, anak, keluarga, sanak kerabat, tetangga serta teman dan relasi kita”, tutur Nevi.
Politisi PKS ini menambahkan, Setiap insan yang bertakwa mesti mengupayakan agar memiliki ciri yang khas. Diantara ciri yang ia maksud antara lain, yang menginfakan sebagian harta baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
“Ciri lainnya adalah mampu menguasai hawa nafsu. Kesabaran dan mampu mengendalikan diri merupakan ciri berikutnya bagi insan bertaqwa. Dan yang terakhir adalah kemampuan terus menerus melakukan pertobatan atas segala dosa yang telah diperbuat,” ungkapnya.
Anggota DPR RI yang duduk di Komisi VI ini mengingatkan, di penghujung Ramadhan menjelang Idul Fitri pada pada zaman modern ini, tradisi positif seperti silaturahim yang telah dibangun oleh orang tua kita dulu sudah semakin punah.
Hal ini karena kehidupan modern cenderung materialistis dan individualis. Namun beruntung, umat Islam masih memiliki tradisi yang baik yang perlu dilestarikan untuk mengatasi dampak modernisasi tersebut, seperti: tadarus al-Qur’an, tahlil dan yasin berjamaah, berzanji dan diba’, majlis-majlis ta’lim, baik di tingkat RT maupun RW.
“Akhirnya, semoga ibadah puasa kita selama bulan ramadhan berdampak pada kehidupan sehari-hari selama 11 bulan ke depan. Dan kita bisa menjadikan momen ini untuk memahami makna Idul Fitri, dengan memaksimalkan bersilaturahmi untuk meminta maaf, memberi maaf dan menjadi seorang pemaaf”, tutup Nevi Zuairina.
Sumber :