Pelatihan Perempuan Siaga PKS Kota Bandung |
“Ga usah ajarin emak-emak menembus batas kemustahilan. Mereka sudah terbiasa untuk itu.” kurang lebih begitu sambutan Bapak Haru Suandharu, Ketua DPW PKS Jawa Barat dalam acara Latihan Perempuan Siaga Kota Bandung pada awal Maret lalu.
Kini, paradigma bahwa perempuan itu lemah memang sudah bergeser. Banyak orang mulai terbuka mengakui bahwa perempuan itu kuat. Bagaimana tidak, sejak remaja, perempuan sudah belajar menghadapi “derita” berulang, misalnya kram perut ketika datang bulan.
Kemudian saat hamil, melahirkan, hingga menyusui. Banyak momen yang menjadi tantangan baik secara fisik maupun psikis. Namun itu semua tetap dapat dilalui bahkan dengan cara yang makin lihai.
Namun, apakah artinya perempuan harus menjadi seseorang yang selalu menderita dan mengalah? Menjadi orang terakhir yang mendapat kesenangan?
Sebagaimana kita lihat para ibu pada umumnya saat ini. Membiarkan anak-anaknya jajan sementara ia tidak. Mengantarkan anaknya mengikuti les ini dan itu sementara ia kembali ke rumah atau kantornya untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya.
Disadari atau tidak, para perempuan seolah menjadi seseorang yang tidak perlu bahagia. Atau, dipaksa menerima takdir keperempuanannya, sibuk menjalankan perannya.
Namun sayangnya, kesibukan ini membuat para perempuan, emak-emak, lupa pada dirinya. Lupa men-treatment dirinya. Dan justru ini berbahaya bagi ia, pun bagi orang-orang disekitarnya.
Perempuan, emak-emak yang tidak bahagia berpotensi mengalami stres negatif. Indikatornya adalah mudah marah, gelisah, ataupun makan dan tidur berlebih yang tentu tidak baik bagi kesehatan. Jika alarm ini sudah mulai dirasakan, para perempuan harus segera sadar dan menerima kondisi diri, kemudian sempatkan untuk melakukan self care ataupun relaksasi.
Relaksasi yang dilakukan dapat berupa hal-hal yang memanjakan panca indera seperti pergi ke taman, mencium aroma yang disukai, medengar lantunan ayat suci, curhat, atau sekedar mandi air hangat.
Stop berpikir bahwa melakukan me time adalah selfish time. Memperhatikan diri sendiri bukan berarti tidak mencintai yang lainnya. Memperhatikan diri sendiri tidak berarti perempuan itu adalah istri atau ibu yang buruk. Justru, dengan memperhatikan diri ia akan menjadi seseorang yang lebih baik dan makin prima menjalankan perannya, insyaAllah.
By Eci
Sumber :