Kamis, 03 Oktober 2024

dr. Gamal Albinsaid Berikan Catatan Kritis Pendidikan Indonesia



Jakarta (04/10) — Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, dr. Gamal Albinsaid menyampaikan catatan kritis mengenai kondisi pendidikan nasional saat ini.

Dalam penyampaiannya, dr. Gamal menekankan pentingnya sistem pendidikan yang efektif untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul yang dapat mendorong kemajuan bangsa.

“Pertama, berdasarkan Hasil PISA Terendah Sepanjang Sejarah, Capaian Indonesia dalam Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) menunjukkan skor yang memprihatinkan. 

Indonesia berada di peringkat 69 dari 81 negara dengan skor membaca, matematika, dan sains yang jauh di bawah target yang ditetapkan,” terang Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Timur V ini.

Kedua, kata dr. Gamal, Tingkat Kesejahteraan Guru yang Rendah. Laporan terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar guru di Indonesia, termasuk guru honorer, menerima penghasilan di bawah 2 juta rupiah. Hal ini berdampak negatif pada motivasi dan kualitas pengajaran.

“Ketiga, Fixed Mindset di Kalangan Siswa. Sebanyak 71% anak-anak Indonesia memiliki pola pikir tetap (fixed mindset), yang dapat menghambat pengembangan diri dan potensi akademik mereka,” pungkasnya.

Keempat, lanjut dr. Gamal, Akses Pendidikan Tinggi yang Terbatas. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk perguruan tinggi masih jauh dari target, dengan disparitas yang signifikan antara kelompok ekonomi yang berbeda.

“Kelima, Krisis Literasi dan Numerasi. Data menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia sangat rendah, dan kemampuan numerasi siswa juga stagnan, meskipun mereka naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” terang Politisi Muda berprestasi ini.

Keenam, imbuhnya, Mismatch Antara Pendidikan dan Pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak mahasiswa dan pekerja tidak sesuai dengan jurusan atau pendidikan yang mereka jalani, yang menimbulkan tantangan dalam dunia kerja.

“Ketujuh, Tingginya Pengangguran di Kalangan Lulusan SMK. Lulusan SMK menjadi kontributor utama pengangguran terbuka, menandakan perlunya link and match antara pendidikan dan kebutuhan pasar,” tandas inovator kesehatan ini.

Kedelapan, dr. Gamal menambahkan, GAP Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata lama sekolah di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan harapan lama sekolah, menciptakan tantangan serius bagi masa depan pendidikan di tanah air.

dr. Gamal mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi dalam menghadapi tantangan-tantangan ini demi mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan.

“Pendidikan yang baik adalah investasi untuk masa depan bangsa. Mari kita berkolaborasi untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik,” tegas Dokter Lulusan Universitas Brawijaya ini

Sumber :