Seharian kemarin, calon presiden Prabowo Subianto benar-benar sangat sibuk dan luar biasa padat kegiatannya. Dari satu tempat ke tempat yang lain, ia datangi untuk semakin merapatkan barisan, memantapkan dan meningkatkan konsolidasi antara Gerindra dan mitra mitra pendukung koalisinya, serta menerima berbagai dukungan dari berbagai pihak kepada pasangan Prabowo Hatta untuk maju dalam Pilpres tanggal 9 Juli mendatang.
Dari acara pembekalan para caleg dari Gerindra dan semua mitra koalisinya di Hotel Sahid, Prabowo bergerak ke Balai Kartini untuk menghadiri deklarasi dukungan seribu Guru Besar dan Cendikiawan mendukung pencalonan Prabowo, lalu setelah itu Prabowo menghadiri acara Konsolidasi Partai Keadilan Sejahtera(PKS) yang mengumpulkan semua pengurus tingkat DPP, DPD dan DPW se-Indonesia yang digelar di Hotel Kartika Chandra.
Konsistensi pernyataan dan semua perkataannya tetap terjaga.
Ia bahkan tidak keluar dari fokus yaitu terus menekankan bahwa dirinya tidak pernah sekalipun mengajak atau menerapkan kebijakan anti asing dan menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia.
Prabowo terus tanpa henti mengajak dan menyerukan kepada seluruh pendukungnya untuk berkampanye secara baik.
Tidak membalas fitnah dengan fitnah.
Tapi membalas fitnah dengan senantiasa bertutur kata dan bersikap baik.
Satu katapun, secara sengaja atau tidak sengaja, Prabowo tidak pernah kelepasan atau bahkan sengaja mengatakan agar seluruh pendukungnya gencar membeberkan semua kelebihan pasangan Prabowo-Hatta dan wajib membeberkan kekurangan lawan.
Omongan-omongan Prabowo sejuk dan elegan.
Ia selalu menjadi “bintang” setiap kali berbicara diatas panggung.
Gayanya berbicara memang sungguh bagaikan orator ulung, tak segan menyelipkan humor-humor segar, penuh semangat dan membangkitkan rasa kebangsaan yang ada dalam diri pendengarnya.
Dan ada satu ciri dari Prabowo bila menghadiri sebuah acara, ia selalu meminta secara rinci siapa pihak tuan rumah atau para tamu undangan yang hadir dalam acara itu untuk disapa satu persatu secara santun.
Ini menjadi salah satu sisi kemanusiaan Prabowo yang mengesankan sebagai perwujudan dari kerendahan hatinya memberikan atensi yang tulus.
Prabowo juga mengakui bahwa Prabowo yang sekarang bukanlah Prabowo yang dulu.
Sangat jauh bedanya, kata Prabowo, bagaimana saat ia harus menjadi komandan dari sebuah satuan elite khusus, dan saat sekarang ia sekarang terjun ke dunia politik.
“Dulu saya adalah komandan dari pasukan khusus, anak buah saya macan semua. Jadi saya harus galak. Tapi sekarang saya bukan seperti yang dulu lagi. Sekarang sudah berbeda. Sebab yang namanya Prabowo sudah pensiun”ungkap Mantan Danjen Kopassus ini disela-sela kesibukannya kemarin.
Saat menerima dukungan dari seribu Guru Besar Emeritus dan Cendikiawan, Prabowo pun terkenang pada ayahnya yaitu pada Almarhum Prof. Soemitro Djoyohadikusumo.
“Saya ini sebenarnya takut sama Profesor sebab ayah saya Profesor. Dulu waktu masih sekolah, saya dan adik saya harus siap menerima ceramah-ceramah setiap kali kami berkumpul di meja makan. Lalu kalau habis ulangan di sekolah, saya pasti dimarahi sama ayah saya. Ini kenapa nilaimu cuma 85 … dulu Bapak dapatnya 95. Makanya dulu, saya memutuskan untuk masuk AKABRI saja. Tidak usah kuliah” kata Prabowo saat berbicara di hadapan para Guru Besar dan Cendikiawan.
Soal dukungan dari seribu Guru Besar dan Cendikiawan yang mendukung pasangan Prabowo – Hatta, inilah amanat dan komitmen para Guru Besar Emiritus dan Cendikiawan yang dituangkan dalam bentuk deklarasi bersama dukungan kepada pasangan Prabowo-Hatta yaitu:
1. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara mumurni dan konsekwen menjaga keutuhan NKRI dan Bhineka Tungal Ika.
2. Komitmen yang bersungguh-sungguh untuk melaksanakan pasal 33 uud tentang pengembangan ekonomi bangsa berbasis kerakyatan.
3. Komitmen kuat pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4. Komitmen untuk membangun kemendirian bangsa untuk bidang politik ekonomi dan budaya sehingga tidak terjadi imperialisme model baru.
Para Guru Besar Emeritus dan Cendekiawan mendeklarasikan dukungannya terhadap Calon Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Hatta Rajasa, hari Selasa 27 Mei 2014 kemarin di Balai Kartini, Jakarta.
Mereka menganggap bahwa visi dan misi yang diusung pasangan Prabowo-Hatta adalah visi dan misi yang paling jelas untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.
Dr Marwah Daud Ibrahim, sebagai salah seorang pencetus dukungan untuk pasangan Prabowo-Hatta mengatakan bahwa pada guru besar dan kaum cendikiawan tidak ingin memperjudikan nasib dan masa depan bangsa Indonesia, sehingga yang dianggap paling mampu untuk memimpin adalah pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Sementara menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Mahfud MD, salah satu profesor yang memberikan dukungannya dalam deklarasi tersebut, mengatakan bahwa pasangan Prabowo-Hatta memiliki tujuan kebangsaan yang arahnya jelas dan tanpa basa basi.
“Dan, yang pasti tidak kehilangan rasa kerakyatannya,” ungkap Mahfud.
Menurut dia, capres dan cawapres yang diusung Partai Gerindra serta mitra koalisinya ini harus diperjuangkan, khususnya oleh para cendikiawan dan seluruh guru besar di Indonesia.
“Sebagai salah satu guru besar yang mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo dan Hatta, saya mengucapkan selamat, mudah-mudahan akan terpilih dan kita perjuangkan untuk itu,” kata Mahfud.
Menanggapi hal tersebut, Prabowo Subianto mengatakan dukungan para profesor dan cendikiawan untuk membangun bangsa sangat dibutuhkan ke depannya. Sebab, kalangan tersebut merupakan salah satu aset bangsa yang menentukan kemajuan bangsa dengan pemikiran-pemikirannya.
“Kami yakin dengan keberpihakan guru besar dan cendikiawan dapat membangun masa depan yang kuat dan baik untuk rakyat kita cintai,” tegasnya.
Dalam deklarasi tersebut dihadiri antara lain, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, Prof. Dr. Arif, Prof. Dr. Laode Masihu Kamaludin, Prof. Dr. Marwah Daud Ibrahim, Prof. Dr. Nabila Lubis, dan Prof. Dr. Andi Faisal Lubis, Prof. Dr. Suyatno.
Dan kemarin, Prabowo juga hadir dalam acara Konsolidasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengumpulkan seluruh pengurus dan pimpinan setingkat DPP, DPD dan DPW perwakilan dari seluruh Indonesia.
Acara yang digelar di Hotel Kartika Chandra itu, berlangsung sangat baik, akrab, penuh nuansa kekeluargaan dan mengesankan.
Dukungan untuk mendukung pasangan Prabowo-Hatta dihadiri petinggi PKS yaitu Anis Matta, Taufik Ridho, Fahri Hamzah, Adang Darajatun dan Mahfudz Siddiq.
Selama satu jam Prabowo menghadiri acara tersebut.
Konsolidasi ini diawali dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia Raya dan Mars PKS.
Acara ini dibuka langsung oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta. Ia menjelaskan kepada Prabowo bagaimana partainya menetapkan pilihan untuk bergabung dengan koalisi merah putih.
“Insya Allah suara PKS dalam Pemilihan Legislatif kemaren sebanyak 8,4 juta suara akan kita berikan sepenuhnya ke Prabowo Subianto,” ujarAnis Matta.
Saat Prabowo Subianto naik panggung untuk memberikan pidato politiknya, teriakan takbir yang diselingi dengan kata “Merdeka” dari para kader PKS ikut meramaikan suasana dalam acara Konsolidasi PKS.
Dan Prabowo selalu bisa menguasai “panggung” dan menguasai situasi.
Keterus-terangan dan spontanitas Prabowo disukai oleh banyak kalangan setiap kali ia berpidato.
“Dulu karena orang-orang mengatakan PKS ini partai Islam garis keras maka saya membayangkan kader-kadernya pasti berjenggot semua. Tapi ketika saya bertemu Ustadz Hilmi, beliau tidak pakai jenggot. Saya ketemu Pak Anis Matta, dia juga tidak pakai jenggot. Saya ketemu Sekjen PKS, tidak pakai jenggot” ungkap Prabowo yang langsung disambut tawa meriah dari kader-kader PKS.
“Boleh gak, saya titip kader-kader Gerindra untuk belajar disiplin dari kader PKS?” ini juga yang diungkapkan Prabowo saat ia memuji betapa mengagumkannya tingkat kecerdasan, kesalehan dan kedisiplinan dari seluruh kader PKS.
Berulang-ulang kali Prabowo menyampaikan betapa ia sangat menghargai dan berterimakasih atas dukungan PKS.
Tetapi disela-sela Prabowo menyampaikan ucapan terimakasih itu, ia tetap bisa menyelipkan humor-humor segar yang membuat pidatonya tidak monoton.
“Pak Anis Matta bilang, dulu beliau pernah bertemu saya saat saya masih jadi Danjen. Beliau bilang, beliau mengenali saya tapi saya pasti tidak mengenali dia. Saya langsung buru-buru bilang …. saya kenal kok. Nanti kalau saya bilang tidak kenal, Pak Anis Matta gak mau tandatangan perjanjian koalisi” kata Prabowo untuk guyon.
Anis Matta dan semua kader PKS tertawa mendengar guyonan Prabowo.
“Chemistry” antara Prabowo dan mitra-mitra pendukung koalisinya mulai terbangun dengan sangat kokoh dan ini menjadi pertanda baik bahwa konsolidasi itu sudah berhasil mereka galang.
Dan memang sangat wajar jika Prabowo begitu mengagumi PKS karena dari acara konsolidasi PKS di Hotel Kartika Chandra kemarin, memang sangat jelas terlihat betapa mengagumkannya para pengurus PKS dari seluruh Indonesia ini.
Mereka tunjukkan konsistensi bahwa PKS memang sungguh-sungguh mendukung Prabowo.
Mesin partai dari partai yang satu ini sudah mulai bergerak dan berjalan di level-level menengah ke bawah untuk memenangkan pasangan Prabowo-Hatta.
Bahkan seluruh kader PKS diminta untuk menjadi humas dari pasangan Prabowo-Hatta.
Itikat baik, sikap optimisme dan kesungguhnya PKS mendukung untuk memenangkan pasangan Prabowo-Hatta, memang pantas untuk dihargai dan diacungi jempol.’
PKS paham tentang apa yang disebut mitra koalisi.
PKS paham bahwa mitra koalisi memang harus bergerak dan bekerja secara maksimal untuk membantu meraih kemenangan.
Prabowo pribadi pun menyadari bahwa saa ini ia sangat membutuhkan dukungan dari sebanyak-banyaknya pihak, tanpa ada rekayasa dan pemaksaan.
Prabowo menyadari bahwa ia harus senantiasa bersikap rendah hati dan berinisiatif untuk menyapa atau mendatangi pihak-pihak yang sudi untuk bergabung dengan Gerindra menghadapi Pilpres mendatang.
Prabowo menyadari bahwa dalam situasi politik yang seperti ini, ia tidak boleh terpancing dengan irama gendang permainan lawan yang seakan mulai “main kasar” lewat semua fitnah di media.
Disinilah Prabowo sudah mulai memenangkan pertarungan yang sesungguhnya karena ia mampu menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa pemimpin yang sesungguhnya adalah pemimpin yang jujur, tulus, rendah hati dan jauh dari segala fitnah.
Tidak bersikap yang dibuat-buat karena akan terasa hambar dan pasti ketahuan apapun yang disebut dengan kepalsuan.
Tanpa disadari, rakyat akan menilai dan merasakan, pemimpin mana yang sebenarnya paling layak untuk dipilih.
Sumber :
Sumber :