Ijinkan sebuah foto terpajang menampilkan seorang ibu muda yang menggendong bayi.
Di pundak dan tangan kanan kiri penuh tentengan termasuk thermos nasi. Karena di acara segebyar 11 Tahun Sekolah Ibu (S.I) PKS, nampak misteri kehadiran benda ini.
Siti Nurjanah Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Perempuan PKS Kota Bandung bersama team menggagas acara diatas menyiapkan berbulan-bulan untuk bisa tersaji hari itu, Ahad (16/12/2018) di G.O.R Pajajaran.
Tak berlebihan jika Tedy Rusmawan Ketua DPD PKS Kota Bandung dalam sambutannya menggaris bawahi bahwa partai ini bukan partai 5 tahunan. Salah satu buktinya S.I. Bandung hingga hari ini terbentuk tak kurang 3.000 kelompok , belum terbilang di seluruh pelosok.
Masing-masing kelompok Sekolah Ibu tampil sensasional, seolah menghipnotis juri agar terpilih jadi pemenang. Ada tari Goyang Nasi Padang, Senam Kunta Anta dan Rangkaian kidung Asmaul Husna yang meluruhkan jiwa dan atraksi lainnya.
Siti Nurjanah memperkenalkan pakaian bebas limbah
Ada pula suguhan Qasidah yang menggelitik Coba saja simak potongan syair dibawah ini potongan syairnya yang kurang lebih begini:
"Indung-indung kepala lindung.
Ini janji dari Sekolah Ibu Ujung Berung.
hanya PKS yang kita dukung."
"Pagi-pagi kita sarapan ketan.
Jangan lupa nomor delapan."
Ditimpah musik heroik dan koreonya cantik, jadilah tontonan yang menarik, padahal bait lagunya beraroma politik.
Sempat salah memprediksi bakal jadi anti klimaks, ketika terpotong sambutan dari Tedy Rusmawan Ketua DPD PKS Kota Bandung yang menggaris bawahi bahwa PKS bukan partai 5 tahunan. Salah satu buktinya S.I. Bandung hingga hari ini terbentuk tak kurang 3.000 kelompok, belum terbilang di seluruh pelosok.
Lalu menyusul sambutan dari Haru Suandharu Ketua Tim Pemenangan Pemilu Wilayah PKS Jawa Barat yang intinya mengajak segenap Ibu untuk terus menggelorakan kebaikan dan mencegah keburukan di komunitas dan lingkungan masing-masing
Ternyata prediksi itu tak terjadi, karena masing-masing sambutan meski hanya berdurasi 5 menit mampu menyulut semangat.
Menjadi kejutan ketika Wakil Ketua DPRD Kota Bandung ini menutup sambutan dengan berpuisi membawakan karya Chairil Anwar.
Begitu dalam makna dan penghayatan atas bait-bait puisi, memancing haru, sehingga suasana kembali sendu seperti saat munajat doa yang dipimpin oleh Salmiah Rambe anggota DPRD Kota Bandung di sesi sebelumnya.
Sajian tari Sekolah Ibu
Ijinkan mengutip lengkap puisi "Ibu" karya Chairil Anwar dimaksud.
Ibu...
Pernah aku ditegur, katanya untuk kebaikan.
Pernah aku dimarah, katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu, katanya supaya aku pandai
Ibu...
Pernah aku merajuk, katanya aku manja
Pernah aku melawan, katanya aku degil
Pernah aku menangis, katanya aku lemah
Setiap kali aku tersilap, dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku kesakitan, dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan, dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun...
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu...
Ibu...
Aku sayang padamu
Tuhanku Aku bermohon pada Mu, sejahterakanlah dia, selamanya...
Untung pembawa puisi berikutnya, Miarti Yoga berwarna retorika. Klunya PKS menang di tahun politik 2019, sehingga ruangan kembali gempita oleh suara perkusi yang mengiringinya.
Dua acara akhir tak kalah seru, parade busana sisa limbah, dilanjut lomba ulek karedok yang.. wahh. Bayangkan puluhan cobek dan ulekan beradu hingga melahirkan suara keriuhan seru. Serentak ga pake lama, semua peserta menyantap nasi karedok sampai tak tersisa. Karena itu salah kriteria lomba.
Ha ha ha... akhirnya terjawablah misteri thermos nasi mengapa harus ada di pagelaran ini.
#FriedaKustantina
#JuruCatat
Sumber :