PKSFoto/donny |
Pada suatu malam Khalifah Umar bersama ajudannya melakukan perjalanan malam. Sebuah kebiasaan yang dilakukan untuk melihat dan memeriksa kondisi kota Makkah waktu itu. Di malam yang dingin saat semua mata terlelap berjalanlah dua orang memakai pakaian yang tebal dan wajah yang tertutup dikarenakan suhu yang teramat dingin, hanya lah kaki mereka saja yang terdengar kemudian langkah itu terhenti saat mereka mendengar rintihan tangis anak kecil dari gubuk kecil. Suara yang terdengar memilukan dan mereka pun memilih mendatangi gubuk tersebut.
"Assalamu'alaikum," salam terucap dari lisan ajudan Khalifah Umar, terdengar balasan salam dari empunya rumah, seorang wanita kurus yang wajahnya terlihat pucat pasi menanyakan ada keperluan apa malam-malam ke rumah nya, ajudan tersebut bertanya apakah boleh meminta segelas air karena kehausan setelah menempuh perjalanan jauh, maka wanita itu pun masuk ke dalam dan mengambil minum.
Ajudan pum bertanya, "maafkan kami bu yang telah membuatmu terkejut dengan kedatangan kami, dari kejauhan kami mendengar tangisan yang berasal dari rumah ini kalau boleh kami tahu ada apakah gerangan?"
Wanita itu pun seketika menangis dan berkata, "sudah beberapa hari kami kelaparan, suamiku meninggal dalam peperangan. Hanyalah rebusan batu yang ku lakukan untuk menghibur anakku dan Khalifah Umar pemimpin negara ini tak peduli dengan tangisan kami,"
Ajudan pun terlihat geram mendengar tak sabar untuk menyampaikan bahwa ada Khalifah Umar di sampingny,a namun tangan Umar memegang tangan ajudan tanda tak perlu menjawab dan segera mereka bergegas pergi.
Langkah Umar sangatlah cepat hingga terseok-seok ajudan mengikutinya dengan cepat. Umar masuk ke dalam gudang mengambil beberapa karung gandum dan kurma. Ia bergegas kembali ke rumah tersebut. Singkat cerita Umar mengantar gandum tersebut dengan kedua tangannya sendiri karena merasa takut tangisan lapar rakyatnya memberatkan hisabnya di hari akhir.
Sebuah cerita pemimpin Islam yang tentu saja menjadi kerinduan bagi kita semua akan hadirnya sosok pemimpin yang sayang dengan rakyatnya dan amanah pada jabatannya. Sempat terbersit rasa ragu apakah sosok itu masih ada di zaman yang menjadikan keegoisan sebagai Tuhan?
Hingga akhirnya aku membaca sebuah berita tentang seorang menteri Sosial di tahun 2009 yang sering melakukan perjalanan dinas. Ia yang memilih rumah rakyat sebagai tempat istirahat dan duduk makan bersama mereka.
Ah palingan pencitraan saja, biasa agar bisa terpilih lagi tolak ku saat membaca berita itu namun lagi-lagi kesederhanaan menteri itu terekspos lagi saat surat kabar nasional memberitakan prestasi beliau dalam memberantas korupsi di Kementerian Sosial dan foto kebersamaan beliau dengan masyarakat cilik yang terkesan alami bukan hasil editan.
Salim Segaf Al Jufri namanya, pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang terkenal dengan partai Islam yang dekat dan peduli dengan rakyat membuat ku yakin bahwa apa yang beliau lakukan tulus karena cinta.
Kesederhanaan pun tetap terpancar saat beliau tak lagi menjabat sebagai pejabat publik. Tetap melakukan kegiatan safari dan menjalin silaturahim.
.
Paras lembut dan santunnya beliau dalam bertutur kata mencerminkan kelembutan hati namun tegas dalam memimpin. Tak ada kata celaan atau menghujat ketika PKS diguncang prahara baik internal maupun eksternal.
Bahkan saat fitnah besar menghampiri beliau hanyalah kalimat nasihat yang beliau sampaikan agar para kader dan pengurus partai senantiasa menjaga ketulusan dalam berdakwah, memurnikan perjuangan sebagai wujud ibadah pada Allah.
Ah Pak Salim sebenarnya anda bisa saja membela diri dan memaparkan fakta namun anda memilih untuk tetap bertahan dan berjuang bersama dalam menyolidkan partai dan fokus pada jalan juang melayani rakyat.
Menangkan AllahKalau merekamemperebutkan dunia biarlah mereka ambilBiarlah mereka mengambil hartasementara kita fokus pada keberkahan dan perjuanganMenangkanlah Allah dalam akhlakMenangkanlah Allah dalam politikMenangkanlah Allah dalam seluruh aspek(Salim Segaf Al Jufri)
Salam hormat Pak dari saya seorang rakyat kecil yang masih memiliki mimpi bahwa kelak Indonesia akan dipimpin oleh seorang pemimpin nasional yang takut pada Allah dan cinta pada rakyatnya.
Putri
ReLi Samarinda
Sumber :