Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Dedi Supriadi menyebutkan Jakarta Utara dan Jakarta Timur membutuhkan rumah pompa lebih banyak lagi demi mengatasi banjir yang kerap melanda kedua wilayah setiap kali turun hujan.
Dedi menuturkan permintaan tersebut merupakan hasil evaluasi pasca-banjir dan genangan di dua wilayah itu pada Jumat (1/3). Menurutnya dua wilayah Jakarta itu membutuhkan rumah pompa stasioner (tak bergerak) untuk mengatasi masalah banjir ketika musim hujan.
Terlebih, daya tampung saluran makro, menengah, dan kecil di Jakarta juga tak cukup untuk menampung volume curah hujan yang turun sehingga genangan muncul akibat luapan air dari aliran sungai.
“Memang curah hujan pada hari Jumat minggu lalu itu mencapai 160 milimeter kubik per detik, sementara kapasitas saluran makro kita itu 150 milimeter kubik per detik artinya memang melebihi kapasitas plus terjadi di hari kerja,” jelasnya.
Karena itu, Dedi mengingatkan agar Pemprov DKI Jakarta harus menyiapkan alat pendukung, seperti pompa bergerak (mobile) di titik rawan banjir dengan tujuan mempercepat waktu surut genangan.
“Enggak terbayang memang kemacetan akibat genangan yang surutnya perlu waktu agak panjang,” ujarnya.
Berdasarkan data dari laman https://dsda.jakarta.go.id, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta memiliki 202 rumah pompa stasioner.
Terdiri dari 47 pompa di Jakarta Barat, 48 pompa di Jakarta Selatan, 28 pompa di Jakarta Pusat, 26 pompa di Jakarta Timur, 52 pompa di Jakarta Utara, dan 1 pompa pengendali rob dan pengembangan pesisir pantai.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengecek sekaligus memastikan fungsi rumah pompa air Sentiong di Ancol, Jakarta Utara, setelah ibu kota diguyur hujan hingga menimbulkan genangan dan banjir di sejumlah titik.
Sumber :