Tampilkan postingan dengan label Burhanuddin Harahap. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Burhanuddin Harahap. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Mei 2021

Silaturahim ke Dewan Dakwah, PKS: Kami Perjuangkan RUU Perlindungan Tokoh Agama


Jakarta (03/05) — Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan jajaran pengurus DPP PKS menggelar Silaturahim Keummatan ke Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Senin (3/5/2021). Kedatangan Presiden PKS disambut Ketua Umum DDII Dr. Adian Husaini beserta jajaran.

Presiden PKS Ahmad Syaikhu menegaskan PKS tetap konsisten memperjuangkan janji politik pada Pemilu 2019 yakni memperjuangkan RUU Perlindungan Tokoh Agama dan Simbol Agama. Ia meminta doa dan dukungan dari DDII dan para ulama agar PKS terus istikamah memperjuangkan cita-cita kebangsaan untuk umat.

Minggu, 02 Maret 2014

Mencermati ‘Tarian Politik’ PKS


Suka atau tidak, semenjak kelahirannya partai yang sebelumnya bernama PK ini terus saja menjadi sorotan publik, menjadi buah bibir dan mungkin juga sering ‘dipergunjingkan’. 
PKS seperti tidak pernah kehabisan energi dan ide untuk tetap bisa membuat berita. 
Setiap aksi, kebijakan, perilaku dan ucapan para politisinya tak jarang menimbulkan pro dan kontra, melahirkan sejuta cerita dengan nada warna warni; mulai dari puja puji pecinta sejatinya sampai caci maki para pembencinya. 
Terlalu banyak list untuk dibuat di sini terkait isu pro kontra dari partai yang lahir di era reformasi ini. Jika anda mengikuti berita politik Indonesia 15 tahun terakhir, anda pasti bisa menemukan sendiri contoh pro kontra yang saya maksud.

Sabtu, 14 Desember 2013

Tirani Kekuasaan dari Zaman ke Zaman


“Renungan kecil ditengah riuh tawa dan tepuk tangan vestifalisasi KPK di hari anti korupsi sedunia”. 

Tirani setiap zaman  memiliki cara yang berbeda untuk mencekal perubahan. Ada yang menindas, merampas kedaulatan rakyat, mencekal setiap gagasan revolusi dengan tangan besi atau militer.
Seperti halnya syekh Sayid Qutub, tokoh penting Ikhwanul Muslimin (IM) yang dipancung oleh tirani rezim yang berkuasa di mesir saat itu karena gagasan “Syari’ah wa ad-Daulah” yang dianggap mengancam kekuasaan sekulernya.
Tirani setiap zaman memiliki cara yang berbeda untuk menindas merobohkan kembali keberanjakan para pemikir islam yang hendak mengembalikan pradaban Islam. Ada yang menggunakan otoritas kekuasaan secara politis, penuh dengan tipu daya, menunggangi prangkat struktural pemerintahan, membius seluruh masyarakat dengan opini dusta hingga menjadi “latah” dan “uring-uringan”.