*Dari wall fb Erizeli Bandaro:
Saya punya teman kepala Daerah. Dia cerita bahwa ketika dia awal memimpin, hasil padi per hektar hanya 3,5 ton.
Menurutnya dengan hasil 3,5 Ton perhektar jelas tidak feasible. Ini merugikan petani. Maklum teman ini berlatar belakang pengusaha.
Menurutnya dengan hasil 3,5 Ton perhektar jelas tidak feasible. Ini merugikan petani. Maklum teman ini berlatar belakang pengusaha.
Bagaimana caranya meningkatkan hasil petani ? Dari staff nya dia tidak mendapatkan solusi terbaik mengenai ini.
Dia bertanya kepada ahli Pertanian di Universitas, didapat masukan bahwa satu hektar bisa dihasilkan padi lebih 4 Ton. Bisa 8 Ton dan dua kali panen setahun. Yang lebih penting lagi bahwa tekhnology tanam tidak menggunakan pupuk urea tapi pupuk organik yang ongkosnya lebih murah.
Apa syaratnya? Petani harus mengikuti Standard Operating Procedure bercocok tanam dengan benar dan disiplin. Irigasi harus baik. Artinya dia harus mengerahkan sumberdayanya bagaimana membina petani agar bisa mengikuti SOP dengan benar.Kedua, dia harus memperbaiki irigasi.
Nah ini masalah.Karena tidak tersedia anggaran cukup untuk memperbaiki irigasi. Namun dia berjuang dengan segala cara meyakinkan siapa saja di Kantor Gubernur maupun di Pusat.
Akhirnya dia mendapatkan anggaran untuk memperbaiki irigasi. Kemudian dengan sabar dia langsung terjun kebawah mengawasi pembangunan irigasi dan mengarahkan rakyat menanam padi dengan tekhnology organik.
Akhirnya dia mendapatkan anggaran untuk memperbaiki irigasi. Kemudian dengan sabar dia langsung terjun kebawah mengawasi pembangunan irigasi dan mengarahkan rakyat menanam padi dengan tekhnology organik.
Berlalunya waktu dengan sabar dan kerja keras, dia berhasil meningkatkan produksi petani dari 3,5 Ton menjadi 7,8 Ton. Ketika harga BBM naik, katanya, petaninya tidak protes dan tidak ambil pusing karena mereka mampu meningkatkan produksi dua kali lipat dari biasanya sehingga otomatis ongkos produksi per kg padi menjadi rendah sekali, dan disatu sisi harga jual padi lebih tinggi dibandingkan harga padi non organik.
Artinya semakin tinggi produktifitas rakyat semakin berdaya dia menghadapi pasar. Berapapun subsidi konsumsi namun tidak ada program nyata membuat rakyat berdaya maka selama itu pula subsidi hanyalah menjadi alat menjajah bagi penguasa yang malas dan culas.
Artinya semakin tinggi produktifitas rakyat semakin berdaya dia menghadapi pasar. Berapapun subsidi konsumsi namun tidak ada program nyata membuat rakyat berdaya maka selama itu pula subsidi hanyalah menjadi alat menjajah bagi penguasa yang malas dan culas.
Tidak banyak kepala daerah seperti teman ini yang mau door to door mencari solusi meningkatkan kesejahteraan rakyat namun kini dia bersyukur bahwa apa yang telah dilakukannya itu kini telah menjadi program nasional bagi pemerintahan Jokowi bahwa negara harus hadir disetiap ruang untuk memastikan rakyat mampu berproduksi agar mereka mampu berkonsumsi kebutuhannya.
Itulah tegas pemerintah sesungguhnya yang memastikan semua orang mencari nafkah mudah.(sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10205997793729927&id=1413190130)
***
Itulah tegas pemerintah sesungguhnya yang memastikan semua orang mencari nafkah mudah.(sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10205997793729927&id=1413190130)
***
Kepala Daerah yang diceritakan diatas tak lain adalah Riza Falepi, Kader PKS yang jadi Wali Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Riza Falepi, ST, MT dilantik pada 23 September 2012 sebagai Walikota Payakumbuh periode 2012-2017.
Untuk mengetahui visi kesejahteraan dan pembangunan Riza Falepi memimpin Kota Payakumbuh bisa dibaca tulisan Riza Falepi berjudul "Payakumbuh Harus Terus Melangkah Maju" yang ditulis 31 Desember 2014 kemarin di Harian Padang Ekspres.
Sumber :
Sumber :