Krisis Yunani sudah terjadi, dan kini krisis ekonomi China sedang bergejolak yang dampaknya 10x lipat krisis Yunani.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengingatkan semua elemen bangsa mengenai perlunya mengantisipasi adanya perangkap konspirasi untuk melemahkan negara.
Fahri Hamzah kepada pers di Jakarta, menyatakan yakin bahwa saat ini Indonesia masuk dalam jaringan atau perangkap konspirasi negara yang sedang dilemahkan.
Karena itu, dia khawatir Indonesia menjadi salah satu target untuk dijadikan negara gagal.
"Negara gagal itu sudah jadi wabah sekarang dan lebih banyak dalam daftar negara yang gagal daripada yang sukses. Kita nampaknya masuk dalam perangkap negara yang mau digagalkan," katanya, Rabu (8/7/2015) seperti dikutip Antara.
"Ini perang gaya baru yang tidak lagi memainkan aspek keamanan tapi justru aspek ekonomi," kata Wakil Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini. Dulu, menurut Fahri, pola perangnya sederhana, yaitu barat dan timur.
Namun sekarang perang itu antara blok kekuatan baru dan blok kekuatan lama.
"Kalau dikatakan teori ini tidak benar bahwa tidak ada yang menukangi, tapi kenyataannya pelemahan negara ini terus terjadi dimana-mana," katanya. Seperti ada kelompok tertentu berusaha menciptakan tata kelola dan konfigurasi dunia baru.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia dihadapkan pada situasi kritis yang bisa membawa pada situasi krisis. Hal ini karena tidak adanya kepastian hukum akibat dari para penegak hukum yang ada saling melemahkan dan bukan saling mendukung seperti seharusnya.
Ironisnya, menurut Fahri, hal ini dianggap biasa saja. "Seperti penegak hukum berkelahi, menang-menangan, kok dianggap itu biasa saja," katanya.
Bangsa ini, kata Fahri, tidak serius membaca apa yang sebetulnya terjadi dibalik kisruh ini. Orang yang menjadi korban dianggap lumrah.
"Apalagi bangsa ini tidak memiliki pemikir sistem, makanya kemudian yang terjadi kita membiarkan ketika aparat hukum saling melemahkan dan bukan malah saling menguatkan seperti seharusnya," katanya.
Dia pun mencontohkan bentuk saling menjatuhkan antarlembaga penegak hukum.
"Hal seperti ini adalah sebuah bencana bagi kepastian hukum. Jika mau melihat akar dalam setiap krisis adalah munculnya ketidakpastian," katanya.
Yang paling cepat menangkap signal itu adalah bidang ekonomi.
"Makanya jangan heran kalau saat ini realisasi APBN rendah, penerimaan pajak turun, permintaan barang produksi dan hasilnya rendah," katanya.
Para pengusaha takut karena bagaimanapun yang namanya uang (investasi) hanya datang ke tempat tenang.
"Kalau tidak tenang, uang itu pasti lari. Makanya jangan heran kalau ekonomi menjadi lesu saat ini," katanya.
Kepastian, menurut dia, harus diciptakan dan hal itu harga mati untuk pemerintah agar menjaga supaya ada kepastian.
"Yang bahaya dalam situasi seperti ini adalah demokrasi. Karena kalau demokrasi tidak berwibawa maka akan muncul kekuatan lain yang lebih ril. Atau kalau tidak, yang muncul adalah otoriter baru atau Indonesia menjadi negara permanen dalam kegagalan," katanya. (KRI)
Sumber :