Rijal, Aktivis Jamaah Tabligh yang Menahkodai DPD Partai Keadilan
Cahyadi Takariawan mengenang sosok tinggi, tegap, nan besar bernama Rijal. Ketua DPD Partai Keadilan Bolaang Mongondau (Bolmong), Sulawesi Utara itu adalah aktivis Jamaah Tabligh yang bergabung dengan PKS setelah sebelumnya bersama Barisan Muda PAN.
Rijal yang juga anak mantan Bupati Bolmong 2 periode tersebut bersemangat mendukung PKS meski jauh - jauh hari menyampaikan ketidaksediaannya menjadi caleg. Ketertarikan Rijal pada PKS dipicu nuansa keislaman yang ia temukan di partai dakwah.
Pada titik ini, keduanya dipertemukan oleh integritas yang sama khususnya ghiroh keislaman. Memori Pak Cah pada Rijal terekam apik bersama kisah - kisah menarik lainnya di buku berjudul “Bukan di Negeri Dongeng”. Googling saja, insya Allah ketemu file PDF nya.
Tersebutlah Muhammad Sohibul Iman, Ph.D., mantan Presiden PKS (baru – baru ini digantikan oleh Ahmad Syaikhu) mengetengahkan gagasan Island of Integrity. Konsep ini bermakna siapapun, dari latar belakang agama, afiliasi, organisasi, profesi apapun, selama memiliki integritas maka mereka adalah kawan sepetualangan bagi PKS.
Island of Integrity ini yang menjelaskan mengapa relasi PKS cukup kokoh dengan kalangan jaringan aktivis Islam tanah air. Salah satunya terungkap lewat testimoni yang disampaikan dalam Tasyakuran Kemerdekaan bersama Tokoh Lintas Agama yang digelar DPP PKS secara daring, Senin 17 Agustus 2020:
"Umat di bawah sangat berharap dan bergantung serta merindukan sekali pada partai PKS yang saat ini menjadi partai dambaan umat. Mereka ingin PKS menjadi partai yang besar untuk memperjuangkan aspirasi umat,"
[Slamet Ma'arif, Ketua Umum Presidium Alumni 212]
Pun ini yang melatari mengapa PKS, partai politik Islam yang dihuni oleh banyak cendekiawan muslim bisa duduk bersama, bertukar fikiran, dan bercengkerama dengan organisasi politik berbasis Katolik, Vox Point Indonesia (VPI). Alasannya, karena di antara keduanya ada unsur integritas yang sama; keinginan untuk berkontribusi bagi Republik lewat jalur politik.
Sinergi dengan dua entitas yang berbeda basis ideologi - 212 berbasis Islam dan VPI berbasis Katolik - ini menunjukkan bahwa konsep Island of Integrity adalah elemen perekat vital yang memungkinkan PKS bercengkerama dengan komunitas anak bangsa yang beragam dalam kerangka rekayasa perbaikan negeri.
Island of Integrity adalah social capital penting bagi PKS ke depannya. PKS harus berburu kawan – kawan baru yang berintegritas baik pada skala individu maupun organisasi. Makin banyak teman baik, sudah barang tentu makin seru. Bahkan boleh jadi ini merupakan entry point bagi PKS untuk merekrut mereka, merekatkan relasi, merakit dan meroketkan mereka sebagai elit PKS kelak.
Penemuan “Praktik Marxisme” oleh Ragil pada PKS
Soal entry point ke PKS, saya senang membaca artikel yang ditulis oleh seorang aktivis Kiri. Judul tulisannya sangat provokatif (tentunya sidang pembaca yang bijak tak akan berhenti di judul).
Tulisan yang terbilang unik mengingat penulis yang merupakan anak Kiri secara objektif mengakui kelebihan praktik politik ala anak – anak Kanan yang berhimpun di PKS. Saya kutipkan sedikit, selebihnya, kalau penasaran coba googling sendiri dengan kata – kata kunci “Kala PKS Mempraktikkan Marxisme oleh Ragil Nugroho”;
“PKS tak sibuk dengan yang ada di kepala (menalar). Mereka bergelut dengan situasi politik yang ada. Berada di tengah – tengah pusaran pertarungan demokrasi borjuis nan liberal. … Pada akhirnya yang disampaikan Marx sederhana: buatlah wadah politik (partai) dan bertarunglah.”
Ragil yang notabene kader senior Partai Rakyat Demokratik (PRD) uniknya justru menemukan idealisme kirinya dipraktekkan kader – kader PKS. Bagi Ragil, daripada berbasa – basi dengan teori – teori Kiri, mendingan perbanyak kiprah nyata. Integritas ini yang tidak ditemukan Ragil pada orang – orang Kiri kenalannya.
Maka, antara Ragil dan PKS kita temukan Island of Integrity lainnya, kali ini dalam kesamaan pandangan perihal pentingnya aksi nyata di tengah – tengah wong cilik.
Rocky, Filsuf Oposisi, Kawan Akal Sehat PKS
Dukungan kalangan aktivis Muslim ke PKS sudah hal biasa. Yang menarik ketika dukungan dan jalinan persahabatan menyeruak dari luar ceruk ini. Dan memang sejatinya PKS perlu meluaskan dukungan dari segmen di luar basis keummatan.
"Saya ingin bersahabat terus dengan PKS. Ada pepatah mengatakan buku dan teman cukup sedikit saja, yang penting bagus. Nah PKS ini satu dari yang sedikit itu,"
[Rocky Gerung]
Kiranya banyak di luar sana yang setipe dengan Rijal, Ragil, dan Rocky terlepas dari apapun inti integritas mereka. Pintu pemikiran orang – orang ini perlu diketuk lebih kencang oleh PKS. Bayangkan jika tokoh demi tokoh, elit demi elit bisa bermetamorfosa menjadi ikon – ikon baru PKS.
Dari Makassar, kita mendengar kabar bahwa Irman Yasin Limpo yang juga merupakan adik Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo kini menjadi kader PKS. Meski terjadi dalam momentum pilkada, dan itu sah - sah saja sebagai sarana rekrutmen buat beliau, bukan tidak mungkin melalui Island of Integrity antara PKS dan pribadi None, panggilan akrab beliau, relasi ini akan berlanjut ke next level;
None menjadi muharrik (penggerak) PKS! Model rekrutmen calon kepala daerah sebagai kader ini menarik untuk dikembangkan di daerah – daerah lain. Mereka butuh kenderaan, PKS butuh interaksi dengan mereka. Siapa tahu bisa membawa maslahat lebih. Salah satunya penambahan jumlah kader dari kalangan elit.
Pulau Integritas PKS perlu dimarkai lebih banyak jejak petualang berintegritas. Menikmati dialektika bertukar fikiran. Saling mengerti isi hati dan kepala masing – masing plus mencari celah – celah sinergi untuk dieksplorasi.
Terakhir, mari sejenak menyimak petuah Hasan Al Banna, seorang politisi asal Mesir:
“Kam minna, wa laisa fiina.
Wa kam fiina, wa laisa minna.”
“Berapa banyak orang dari kita, tetapi tidak bersama kita.
Dan berapa banyak yang bersama kita, tetapi tidak termasuk dalam golongan kita.”
Azwar Tahir [RELI Luwu Timur]