Kamis, 23 Mei 2024

Agung BM Sebut Lifestyle Konsumtif Gen. Z Salah Satu Penyebab Pengagguran


Semarang – Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Agung Budi Margono menyebut bahwa perilaku dan gaya hidup (lifestyle) konsumtif generasi Z menjadi salah satu penyebab pengangguran dalam kelompok usia tersebut. 

Pernyataan tersebut Ia sampaikan pada wawancara eksklusif Rabu, (22/5/2024) di gedung berlian DPRD Provinsi Jawa Tengah.

Akhir-akhir ini, masyarakat dihebohkan oleh rilis data terbaru dari badan pusat statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa 9,9 Juta Generasi Z atau penduduk di rentang usia 15-24 tahun dalam keadaan menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). 

Usia yang disebutkan tersebut merujuk pada penduduk yang lahIr pada periode tahun 1997-2012.

Menukil dari data Litbang Kompas, separuh lebih penduduk Indonesia yang menganggur adalah Gen Z. kemudian jika ditambah kelompok usia 25-29 tahun, porsinya menjadi 66 persen, yang artinya dua dari tiga anak muda di bawah 30 tahun yang tengah berada di usia produktif menganggur.

Agung menuturkan banyak faktor yang memengaruhi fenomena tersebut beragam, mulai dari mismatch antara kebijakan pendidikan, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan kebutuhan industri saat ini. Kendati demikian, Agung menyebutkan bahwa lifestyle atau gaya hidup generasi z turut andil menjadi penyebab pengangguran tersebut.

“Faktornya sebenarnya banyak, yang paling sering didiskusikan adalah mismatch antara pendidikan, kemudian kapasitas SDM dan tuntutan industri. Tapi yang sering luput adalah lifestyle dari gen.z itu sendiri, yakni konsumtif” ujar Agung.

Pria yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Jateng Komisi C tersebut menjelaskan bahwa perilaku konsumtif generasi Z menyebabkan kelompok usia tersebut cenderung memiliki manajemen ekonomi yang buruk dan kecenderungan yang serba siap saji. 

Dalam konsumsi media sosial misalnya, generasi z cenderung menghabiskan banyak waktu untuk berselancar di dunia hiburan tersebut dibanding berminat menjadi kreator dan memanfaatkan platform tersebut untuk bisnis.

Dalam hal kecenderungan siap saji, generasi z dapat dikatakan cenderung menyukai semua hal yang secara instan bisa didapatkan. Hal ini pada akhirnya membuat generasi z lebih malas untuk berproses dalam mendapatkan sesuatu, misalnya bersekolah dan berbisnis.

“Perilaku konsumtif ini saya pikir harus benar-benar diwaspadai. Anak muda kita sekarang cenderung lebih suka mengkonsumsi daripada berproses dan berkarya. Ini berbahaya, padahal usia muda adalah usia emas untuk berproses” tegas Agung.

Lebih lanjut, Agung menjelaskan bahwa perubahan perilaku biar bagaimanapun adalah wilayah pendidikan, utamanya edukasi keluarga. Hanya saja untuk mempercepat upayanya, Agung menilai perlu adanya support atau dukungan dari berbagai pihak yakni Pemerintah melalui kebijakan strategisnya terkait pengendalian konsumsi, dan pendidikan yang lebih holistik.

“Kita tak bisa menampik bahwa perubahan perilaku adalah wilayah pendidikan, utamanya edukasi dari keluarga, namun akselerasinya harus diupayakan oleh Pemerintah melalui kebijakan strategis dan dunia pendidikan yang lebih holistik” tutup Agung.

Sumber :