Minggu, 07 April 2019

HNW : Kita Usulkan 3 April Sebagai Hari Dan Bulan Nkri



Bentuk negara Indonesia hingga 3 April 1950 bukan NKRI namun Republik Indonesia Serikat (RIS). 

Bentuk yang demikian akibat dari ketidakrelaan Belanda akan kuatnya persatuan Indonesia. Untuk itu Belanda dengan berbagai cara ingin bangsa ini lemah dan menjajah kembali. Bentuk RIS membuat kegundahan dari Mohammad Natsir. 

Natsir adalah Ketua Fraksi Partai Masyumi di parlemen. Agar Indonesia kembali ke bentuk negara sesuai dengan cita-cita proklamasi maka Natsir di depan anggota parlemen pada 3 April 1950 menyampaikan pidato Mosi Integral.

Mosi ini menuntut agar Indonesia kembali ke bentuk NKRI bukan RIS. Mosi ini ternyata mendapat dukungan dari Soekarno, Hatta, dan politisi parlemen lainnya. Dengan mosi tersebut akhirnya Indonesia kembali ke bentuk NKRI.

Paparan di atas, disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat acara Temu Tokoh Nasional/Kebangsaan dengan ratusan warga Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, 4 April 2019.

Apa yang diperankan oleh Natsir yang juga merupakan ulama, disebut luar biasa oleh HNW. "Ini bukti ummat Islam menyelamatkan bangsa dan negara", paparnya. Sehingga dirinya heran bila ummat Islam dituduh anti-NKRI.

Peran Natsir dalam menyelamatkan bangsa, diakui oleh HNW tidak ada dalam kurikulum pendidikan. Untuk itulah dalam acara Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, HNW mengingatkan dan menyegarkan pemahaman sejarah masyarakat. 

"Jadi tidak hanya jangan sekali-kali melupakan sejarah, Jas Merah, namun juga perlu Jas Hijau, jangan sekali-kali hilangkan sejarah ulama", papar alumni Pondok Pesantren Gontor itu.

Kembali ke bentuk NKRI disebut HNW sangat penting sebab itu merupakan langkah mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Dari sinilah dirinya mengusulkan 3 April sebagai hari dan bulan NKRI. "Kita usulkan 3 April sebagai hari dan bulan NKRI", ujar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

Peran ulama dalam menyelamatkan Indonesia tak hanya seperti paparan di atas. Diungkapkan pada 22 Juni 1945 hingga 17 Agustus 1945, Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia adalah Pancasila seperti dalam Piagam Jakarta. 

Namun pada tanggal 18 Agustus 1945, ada sebagian tokoh yang menginginkan agar tujuh kata dalam Sila I Pancasila dihilangkan. 

Keinginan itu, setelah dilakukan lobby-lobby dengan anggota Panitia 9 yang berasal dari kalangan ummat Islam, diterima. Tujuh kata akhirnya dihilangkan. Dari peristiwa tersebut HNW mengatakan ulama yang menjadi anggota Panitia 9 telah menyelamatkan Pancasila. "Ulama kita mendahulukan persatuan bangsa", tuturnya.

Dari peran-peran kebangsaan yang dilakukan oleh ulama, HNW mengajak warga Kebon Baru untuk menjadi garda terdepan menjaga Pancasila. Saat ini diakui ada upaya untuk mengadu domba antara ummat Islam dengan kelompok lain. 

Adu domba ini dilakukan agar bangsa ini lemah dan bermusuhan. "Mengadudomba antara ummat Islam dengan kelompok yang mengaku paling pancasilais itu tidak tepat", ujarnya. "Lha wong yang menyelamatkan Pancasila kan ummat Islam", tambahnya. 

Menurutnya saat ini ada orang-orang yang mengaku paling Pancasila namun apa yang dilakukan malah tidak pancasilais. "Korupsi bertentangan dengan Pancasila", tegasnya.

Sumber :