Sabtu, 18 Mei 2013

PKS Sangat Buruk ?


Bagi kawan-kawan yang sudah membaca link ini, mungkin akan merasa PKS sekarang sudah sedemikian buruknya. Namun izinkanlah saya menanggapinya satu persatu poin kritiknya. Saya tidak menolak kritik, apalagi nasihat. Tetapi jika ada kisah yang salah, sebaiknya harus segera diluruskan.
Artikel yang saya kutip ini sebetulnya artikel lama. Saya merasa dengan kondisi PKS saat ini, saya perlu menjelaskannya. Saya hanya memberi komentar untuk bagian-bagian yang saya anggap perlu. Yang tidak saya komentari, anggap saja saya setuju sepenuhnya 
1. Dahulu materi-materi al-wala wal-barro, ghozwul fikr, madza ya’ni intima lil islam, tarbiyah jihadiyah, tarbiyah ruhiyah, tarbiyah dzatiyah begitu marak dikaji disetiap lingkaran -halaqoh- dan menghujam pada diri kader aktivis tarbiyah saat itu. Kini semuanya sudah berubah total, materi-materi itu mungkin dianggap sudah usang dan dianggap mengganggu agenda politik partai.
Ini nasihat yang baik. Namun sebetulnya materi-materi ini masih terus disampaikan hingga saat ini. Saya masih terus menyampaikan materi-materi ini setiap minggu, begitu juga kawan-kawan lainnya. Talaqqi-talaqqi materi ini masih terus dilaksanakan rutin setiap bulannya. Talaqqi dilakukan kepada para murabbi yang akan menyampaikannya kepada binaannya, agar kefahaman sang murabbi tetap fresh.
Adapun materi-materi politik, kita nyaris tidak membicarakannya kecuali pada obrolan-obrolan santai saja. Aktivitas politik baru ramai dibahas 3 kali selama kurun waktu 5 tahun, yaitu pada momen pileg-pilpres, momen pilkada kota/kabupaten, dan momen pemilihan gubernur. Di luar itu, kami jarang mendiskusikan aktivitas-aktivitas politik praktis. Lebih banyak mengurusi aktivitas dakwah (dakwah yang dipahami secara umum).
2. Dahulu perangkat tarbiyah untuk menjaga ruhiyah berupa mabit dan qiyamulail begitu ramai dihadiri oleh para kader. Kini tidur diatas kasur empuk menjadi pilihan utama para ikhwan karena lebih nyaman daripada mabit yang dingin dan banyak nyamuk.
Mabit dan qiyamullail masih rutin diselenggarakan. Khusus untuk mabit, setidaknya rutin setiap satu atau dua bulan sekali. Ini lebih sering dari awal-awal (waktu masih periode PK) dahulu. Untuk para akhwat dan ummahat, sarananya memang bukan mabit (yang dilakukan malam hari), tapi jalsah ruhiyyah yang dilakukan di siang hari. Jadwalnya juga sama-sama rutin sebulan sekali, paling lambat dua bulan sekali.
3. Dahulu kebersahajaan begitu nampak terasa, teduh mata ini melihat dan bertemu sesama ikhwah dengan pandangan ruhul jamaah. Sekarang berubah menjadi nampak begitu angkuh dan terlihat sangat cerdas saling mengintrik sabun colek antar kader.
Kami berlindung kepada Allah dari sikap yang demikian. Hal yang seperti ini harus senantiasa diingatkan.
4. Dahulu qiyadah kita begitu qonaah dan tawadhu. Entah mengapa sekarang terlihat berubah. Menjadi begitu sakti, sangar dan ‘didewakan’ dengan segala macam ide besar dan cita-cita politik yang menembus langit.
Qona’ah dan tawadhu tidak seharusnya dibenturkan dengan ide besar dan cita-cita politik yang tinggi. Ingatkah kita dengan sabda Rasulullah SAW kepada para sahabatnya disaat kekalahan berada dihadapan mata, pasukan sekutu yang sangat besar hendak merebut Madinah? Apa yang dikatakan oleh Rasul SAW ? “Aku melihat Persia dan Romawi akan jatuh ke tangan Islam. Kelak Konstantinopel akan jatuh ke tangan kaum muslimin. Ketika itu terjadi maka pasukannya adalah sebaik-baik pasukan, dan panglimanya adalah sebaik-baik panglima.” Adakah Rasulullah tidak Qana’ah dan tidak Tawadhu’?
5. Kesederhanaan bertukar menjadi kehidupan mewah, padahal saya paham betul dahulu masih pada miskin. Sudah petentang-petenteng seperti bos. Mulai sering tidak hadir jika diundang mengisi dauroh di kampus dan pengajian dipelosok desa karena ’sibuk’. Tak lagi suka ceramah dimasjid-masjid, karena tidak memberikan ‘benefit’.
Masya Allah, tuduhan ini sebetulnya menyakitkan. Kami berdakwah hanya karena Allah. Kami menyatakan sebagai partai dakwah bukan karena mempolitisasi dakwah, namun karena kami memang berusaha berdakwah dengan segala maknanya yang shahih. Tujuan kami bukanlah sesimpel kemenangan di pemilu. Kemenangan pada pemilu hanyalah bonus dari Allah. Begitulah yang sering diingatkan oleh pimpinan kami. Tujuan kami adalah: li i’lai kalimatillah.
Hingga saat ini, selalu diulang-ulang bahwa dakwah yang kita maksud adalah: Membawa manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam, dan menjadikan Allah saja satu-satunya yang disembah oleh manusia. Tidak pernah bergeser menjadi serendah “kemenangan pilkada”.
6. Ukhuwah berganti menjadi sikat dan sikut, berlomba-lomba mencari order ceramah, permusuhan dan rebutan kursi caleg. “..saya sudah habis 300 juta lebih..”
Kami memang jamaah manusia. Adakalanya salah, namun kami berusaha untuk selalu mengoreksi diri. Pergesekan sesama caleg PKS memang nyata adanya. Kami juga manusia yang punya hati, bisa tersinggung, bisa terluka. Meskipun Allah perintahkan kita untuk saling memaafkan, namun sebagai manusia terkadang luka hati terjadi juga. Namun kami selalu berusaha menyadari, bahwa izzah Islam, izzah jamaah, dan izzah kaum muslimin harus dijunjung tinggi. Kami juga malu kalau bertahan pada kondisi marah dan sakit hati.
Berlomba mencari order ceramah ? Kami ini partai dakwah. Kami memiliki bangunan pemikiran yang utuh tentang dakwah Islam. Pemikiran Islam itu tidak bisa hanya mengendap di kepala kami, harus ditularkan kepada sebanyak-banyak manusia. Agar semakin banyak orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
7. Pertemuan tersekat jenjang kader, amanah dan lini dakwah; “gue syiasi, gue dakwi, gue ilmy!”. Senyuman selintas dan pelukan dengan tepukan basa basi
Tersekat ? Ini delegasi tugas. Tugas-tugas dakwah begitu banyaknya. Kami memerlukan organisasi rapi dan pembagian tugas yang jelas di antara para pejuang dakwah. Kami bisa memilih hendak berada di bidang apa, namun seringkali kami berada pada posisi “ditugasi” tanpa ada kemungkinan untuk memilih tugas lainnya. Banyak di antara kami dikejar-kejar pimpinan karena disuruh menjadi caleg misalnya. Banyak juga di antara kami yang ditempatkan pada posisi yang sebetulnya tidak ‘pas’ dengan keahliannya, semata hanya karena tidak ada orang lagi yang dapat diamanahi.
8. Keikhlasan berganti dengan rasa pamrih, rasa khawatir jika terlihat tidak aktif ber’amal dipartai atau wajihahnya. Tilawah qur’an karena merasa tidak enak dengan kader sejawat, hadir syuro karena perasaan tidak enak dengan mas’ul, bukan karena bagian dari prinsip dakwah. Takut dikatakan tidak amanah.
Kami berlindung dari riya’ dan sum’ah. Semoga Allah mengampuni jika hal-hal ini terbersit di hati kami.
9. Pro pada penderitaan rakyat kini berganti berlomba-lomba mencari proyek. Demi menjaga komitmen koalisi permanen dua periode dengan SBY, mempeti eskan banyak kasus besar demi menjaga eksistensi presiden agar terbebas dari pamakzulan, sedangkan suara rakyat yang menjerit seakan tidak terdengar. “Ooh tidak benar akhi.. kami tetap memperjuangkan walaupun harus berhadapan dengan negara..”. Maaf, saya sudah tidak percaya! Basi!
Semoga Allah mengampunimu, wahai saudaraku yang tidak mau percaya lagi dengan niat-niat suci kami. Semoga Allah melindungimu dari prasangka buruk terhadap saudaramu. Amiin.
10. Menjadikan SBY sebagai “midholah” (payung pelindung), dengan mengatakan, “Bapak Presiden SBY, bagi kami kebersamaan dalam koalisi ini bukan sekedar agenda program politik kami, tetapi itu merupakan aqidah kami, iman kami”. Subhanallah, luar biasa muroqib ‘amm, ketua Majelis Syuro PKS ini, ‘menjual’ aqidah dan iman demi koalisi. Dengan kitab tafsir apa agar saya bisa memahami maksud perkataannya?
Sejujurnya, ini sangat out of context. Ibaratnya mengatakan “Orang yang shalat itu pasti celaka” hanya karena ada ayat dalam Al Quran yang berbunyi “waylun lil mushalliin”. Padahal penjelasannya sangat panjang di ayat-ayat berikutnya. 
Begitu juga dengan perkataan Ust Hilmi ini, memotong satu bagian kecil saja dari panjangnya pemikiran beliau seputar koalisi. Na’udzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari sifat kitman dan baladah.
11. Dan tidak aneh jika terkadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang ‘dilarang’ agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Nasyid sudah tidak laku lagi saat kampanye, lebih memilih band terkenal agar menarik minat hati orang ammah. Tidak berfikir panjang untuk mengeluarkan dana ratusan juta, yang penting rakyat terpuaskan dan entah dimana nilai manfaatnya. Kader pun memilih tsiqoh (percaya) sambil berkata, “itu sudah disyurokan oleh orang-orang sholeh di PKS”
Na’udzubillah… Fitnah dari mana lagi ini? Semoga Allah mengampuni anda wahai saudaraku.
12. Aurat wanita seakan menjadi maklum saat artis terkenal bernyanyi dan bergoyang diatas panggung kampanye. Disaksikan ribuan pasang mata kader. Mereka tidak malu, tidak pula merasa risih. Para ummahat dan akhwat-pun seolah tidak merasa bahwa izzahnya di injak, bahkan suami tercinta ikut melihat mendampingi. Ketika salah seorang al-akh yang hanif bertanya kepada Dewan Syari’ah melalui sms, “‘Afwan akhi, maksudnya kampanye PKS itu apa ya? Hukumnya apa yang begitu itu?”. Make your mouth shut, silent please! Bungkam!
Na’udzubillah… Fitnah apa lagi ini?
13. Oligarki politik serta diinasty kekuasaan menggantikan perasaan tanggung jawab dihadapan Allah ~’Azza wa jalla~
Tidak ada oligarki apalagi dinasti di PKS. Yang ada adalah kekurangan kader! Sehingga terpaksa suami dan istri harus sama-sama aktif, bahkan kemudian anak-anaknya juga.
14. Dahulu qiyadah kita begitu bersahaja dan menjadi tempat menumpahkan curahan hati. Sekarang berganti menjadi tampak begitu sangar dan penuh arogansi. “Lo gak nurut sama gue, mending keluar aje, gabung sama partai laen atau bikin jama’ah baru!”, atau “Ente ke senayan lagi, gue irup darah anak bini lu!”. Saya membatin dalam hati, seperti itukah jamaah ini mengajarkan seorang qiyadah?
Astaghfirullah…. Fitnah apa lagi ini?
Biasanya fitnah-fitnah seperti ini merujuk kepada peristiwa pemecatan kader-kader senior. Percayalah, tidak seperti itu yang terjadi. Segala proses pemecatan telah melalui proses yang panjang, mulai dari dewan syariah, komisi disiplin, persidangan, peringatan, dll, dsb. 
Proses ini tidak akan pernah dirilis ke khalayak umum. Ke kader pun tidak. Sebab ini adalah aib, dan aib seorang muslim wajib ditutupi dan haram disebarkan. Kecuali kalau memang sudah terpaksa, seperti yang dilakukan Ust Yusuf Supendi beberapa waktu lalu. Pada prinsipnya, kader PKS yang telah dipecat tetap akan dijaga wibawa dan kehormatannya.
Dia bisa tetap aktif berdakwah di mana pun bahkan boleh berpolitik melalui partai manapun. Oleh karena itu PKS akan tetap merahasiakan alasan pemecatannya sehingga tidak merusak reputasi yang bersangkutan di mata orang lain.
15. Kadernya sudah merasa pintar dan cerdas-cerdas, pandai beretorika, pandai mengeluarkan argumen, pandai mengeluarkan pendapat, pandai merekayasa, pandai bermain intrikan dan pandai berorasi. Sudah tidak berselera lagi untuk hadir bermajelis ilmu dalam tatsqif dan kajian mendengarkan nasehat ust dan taujih robbani.
Kepandaian adalah buah dari tarbiyyah yang kami jalani. Tarbiyah bukan hanya melulu di dalam halaqah mingguan, tetapi juga proses-proses lainnya. Kami juga dilatih menjadi murabbi, menjadi khatib Jumat, dilatih untuk mengadvokasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dilatih untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh masyarakat. 
Termasuk juga dilatih untuk faham terhadap intrik-intrik musuh Islam. Kami dilatih untuk dapat menulis, berbicara di depan umum, jurnalistik, bahkan diplomasi dan spionase. Karena itu jika kami ‘tampak’ merasa pintar dan cerdas, tolong ingatkan kami. Adakalanya perasaan kibr merasuk di hati kami, semoga Allah ampuni itu. Amiin.
Adapun dengan majelis ilmu, kajian-kajian tatsqif, taushiyah, taujih rabbani, saya selalu menemukan forum-forum tersebut dalam keadaan penuh sesak. Orang-orang yang datang belakangan terpaksa berdiri karena tidak mendapatkan tempat. Insya Allah semangat menuntut Ilmu masih subur di jamaah ini, dan mudah-mudahan Allah terus semakin menyuburkannya. 
16. Liqo sudah sangat jauh dari semangat taqorub ilallah, ruhul jihad dan ittibaur rasul. Kini berganti membicarakan politik, rekayasa pemenangan ‘dakwah’, curhat qodhoya, bahkan habis dengan diskusi ngalor-ngidul, candaan sia-sia. Selesai larut malam tanpa ada semangat baru yang membekas. Datang telat menjadi hal yang biasa dan sangat maklum. Tidak ada iqob, baik sekali sang murobbi. Tidak ada catatan materi dibuku, karena mutarobbi ’sudah hafal’ materi diluar kepala. Tidak pernah ada setoran hafalan alquran lagi, karena sang kader selalu mengatakan “aduh, afwan ya akh, ane belom hafal, gimana ya, mm, hehehe”. Pulang liqo larut malam, kecapean, berat untuk qiyamulail, sholat shubuh kesiangan. Teruus begitu, tidak pernah berubah
Tidak relevan, soalnya tidak terjadi di sekitar saya. Memang ada yang merasakan kecenderungan ke sana, namun selalu ada nasihat-nasihat untuk perbaikan.
17. Demo menolak intervensi asing terhadap negeri-negeri muslim, dimanfaatkan dalam mengolah isu untuk menakut-nakuti Cikeas agar tidak direshufle. Sekarang semuanya hanya untuk kepentingan politik. Tidak bersungguh-sungguh berniat membela hak umat Islam
Ini hanyalah prasangka.
18. Untuk memperlihatkan kepada publik bahwa PKS ini masih solid dan banyak pendukungnya, akhirnya show of force pada milad 13 PKS di Senayan. Dikerahkanlah orang-orang dari luar Jakarta, seperti: Banten, Karawang, Bogor dan Lain-lain. Tujuan politisnya juga jelas, untuk mempromosikan cagub-cawagub DKI Jakarta. Ketika salah seorang simpatisan ditanya, “Apa motivasi ibu datang ke acara milad ini?”.”Aah enggak.. kite lagi jalan-jalan aje mas, maen aja ke Jakarta ngeliat monas begitu..”
Tidak relevan
19. Dahulu kita sangat bangga jika bisa demo besar-besaran mengepung kedubes AS di Jakarta menentang kebijkan standard ganda mereka terhadap negeri-negeri muslim, terutama di Palestina, Irak, dan Afganistan, tapi sekarang rute demo PKS sudah dirubah permanen. Pindah dari Monas, Patung Kuda dan akhirnya HI atau sebaliknya. Kedubes AS sudah tidak akan pernah menjadi target demo PKS lagi. Dan teriakan, “Amerika Amerika.. Terorist Terorist..”. Jaminan mutu, sudah tidak akan terdengar lagi
Memang diakui bahwa frekuensi demonstrasi seperti ini berkurang. Namun apakah itu berarti kami tidak berada di pihak kaum Muslimin lagi? Perjuangan memenangkan kaum muslimin saat ini sudah naik ke tahap yang jauh lebih tinggi. 
Kalau dulu kami bergerak di jalan-jalan, sekarang kami sudah mengatur strategi di parlemen. Untuk mendukung kemerdekaan Palestina saja kami sudah mampu menggalang kekuatan parlemen-parlemen negara Islam SEDUNIA.
Dengan posisi PKS di pemerintahan saat ini, bahkan bisa memberikan bantuan diplomasi langsung terhadap kaum muslimin yang tertindas di seluruh dunia. Bukan sekedar diplomasi saja, bahkan kita mampu mengirimkan senjata bagi pejuang-pejuang HAMAS. Kalau ini masih dirasa kurang (dan kami pun, para kader, merasakan seperti itu), doakan kami memegang tampuk kekuasaan tertinggi republik ini.
Bertahun-tahun kami sudah menjalin hubungan erat dengan Turki (beserta partai penguasanya – AKP) dan juga dengan Mesir (berikut jamaah terbesarnya – Al Ikhwan Al Muslimun).
Bahkan kami sudah menjalin aliansi dengan negara-negara besar lainnya. Insya Allah, ketika tampuk kepemimpinan kami pegang, aliansi di luar sana sudah menunggu untuk bersama-sama memperjuangkan Islam dan kaum Muslimin.
20. Kini PKS sudah kehilangan sibghoh dakwahnya. Qiyadahnya lebih memilih melalui jalur taklimat qoror untuk mencuci otak kadernya, mereka sudah tidak berselera dengan tabayun dan diskusi para asatidz. Qorornya pun jelas: “Jika antum masih mengkritisi PKS, silahkan antum keluar saja. Gabung dengan partai atau jamaah lain atau buat jamaah baru, lalu kita berfastabikul khoirot”. Masya Allah..
Tidak.. Kritik keras selalu berseliweran di antara qiyadah dan jundinya. Kami tidak anti terhadap kritik, apalagi dari kader sendiri. Namun kami akan memegang teguh hasil musyawarah. 
Selama hasil musyawarah tersebut tidak mengkhianati Allah dan Rasulnya, meskipun menurut hitungan logika keliru, kami tetap akan komitmen dengannya… Hingga musyawarah berikutnya meralat keputusan sebelumnya.
Pada akhirnya, PKS tetaplah jamaah manusia. Kami bisa salah, tapi izinkan pula kami menjelaskan jika ada sesuatu yang anda anggap salah. Jangan karena kami menjelaskan kritik anda lantas kami disebut tidak mau terima kritik.
Pada akhirnya, yang benar hanyalah milik Allah. Wallahu a’lam.
Fathi Nashrullah
Sumber :