Selasa, 07 Juli 2020

Inilah Tahun-tahun Kesedihan


Oleh Kurniasih Mufidayati

Inilah tahun-tahun kesedihan. Apalagi yang lebih menyedihkan selain wafatnya para ulama. Dalam tiga bulan terakhir, kami ditinggalkan guru-guru kami. Rintisan dakwah yang diwariskan sungguh tak ternilai harganya

Berturut KH Ahzami Samiun Jazuli, Dr Mutammimul Ula dan kemarin pada akhir Juni 2020 orang tua kami, ustadz kami KH Hilmi Aminuddin wafat. Mewariskan kepada kami seluruh nasehat, hikmah dan ilmunya, juga semangat dakwahnya.

Apalagi yang lebih menyedihkan dibanding diangkatnya ilmu dengan wafatnya para ulama. Betapa keluasan ilmu Ustadz Hilmi kini akan terus menjadi jariyah beliau dan menjadi bekal bagi kami selamanya.

Ustadz Hilmi yang membawa batubata dakwah ini kemudian membangunnya satu per satu. Mulai dari awal, dengan segala keterbatasan dan halangan rintangan. Kemudian meninggi menjadi bangunan rumah, namanya Partai Keadilan (PK) yang kemudian disempurnakan namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Rumah dakwah yang menampung umat itu kini telah membesar. Betapa banyak orang yang berteduh dan mendapat manfaat dari rumah ini. Dan kita semua berdoa, seluruh manfaat yang diberikan rumah ini bagi penghuninya dan lingkungan rumah itu, pahalanya deras mengalir untuk Ustadz Hilmi.

Rumah ini sudah berdiri kukuh. Hari ini ditinggal pergi peletak fondasi pertamanya bangunannya. Inilah warisan besar dari Ustadz Hilmi. Tugas kita semua yang mendapatkan manfaat dari rumah ini untuk terus menjaga kukuhnya bangunan ini. Dan memperindah rumah ini dengan amalan dan perjuangan dakwah yang semakin kuat.

Saya mengenang Ustadz Hilmi sebagai sosok yang amat sederhana. Beliau adalah pendiri dan peletak dasar Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tapi hingga akhir hayatnya, beliau memposisikan diri sebagai guru dan orang tua. Setiap kali saya memanggil beliau ustadz, maka beliau menyebutkan ‘bapak’.... Selalu ingin disebut ‘bapak’, ketimbang disebut ‘ustadz’. Tak pernah ingin menunjukkan kehebatan luar biasa yang Allah anugerahkan pada beliau. Selalu menugaskan yang lain untuk tampil dan maju.

Satu per satu masyarakat menaruh kepercayaan. Banyak murid-muridnya telah dihantarkan sebagai pejabat publik. Sang Ustadz, tetap setia menjadi guru dan orang tua. Tak berubah sejak awal membangun gerakan dakwah ini. Sampai kemarin, Allah SWT memanggil beliau. Tak ada yang berubah dari kesederhanaannya.

Jazzakallah Khair Ustadz. Engkau telah merintis dan membesarkan dakwah ini, dengan akhir yang istiqomah dan indah. Sekarang kami yang khawatir, akankah kelak hidup kami akan berakhir seperti guru-guru kami yang ikhlas?

Selamat Jalan Ustadz, Seluruh Perjuangan insyaAllah akan mengalir menjadi jariyah. Ilmu, nasehat, hikmah dan kenangan yang luar biasa itu.... tak akan pernah hilang dari jiwa kami.
Beristirahatlah di SurgaNya nan Indah, sebaik baik tempat di sisi Allah SWT.

Sumber :
http://blog.pks.id/2020/06/mengenang-perjuangan-ustadz-hilmi-di.html