Senin, 15 September 2014

Gerakan Radikal PKI kembali Bangun Kekuatan Nasional


Walau sudah ditetapkan sebagai organisasi terlarang di Republik Indonesia, tapi PKI masih menunjukan eksistensinya.
Temuan Center for Indonesia Comunity Studies (CICS) Jatim atau Yayasan Pusat Kajian Komunitas Indonesia menunjukkan gerakan radikal Partai Komunis Indonesia (PKI) kembali membangun kekuatan nasional.
“Kader PKI pernah mengadakan forum musyawarah di rumah Bu Mut’inah mantan eks DBR zaman PKI tahun 60-an di Blitar.
Waspadai Partai Komunis Indonesia (PKI) yang anti Tuhan dan Pancasila. Mereka sudah memulai membangun kekuatan di Indonesia,” kata Drs. Arukat Djaswadi (Ketua CICS Jawa Timur) Seminar Nasional dengan tema “Kewaspadaan Nasional Terhadap Gerakan Radikalisme Yang Bersumber Pada Ajaran Komunisme Dalam Persepektif Mempertahankan Pancasila dan NKRI” di RM. Adem Ayem Jalan Gubeng Raya No.48, Sabtu (13/09/2014).
Dalam acara itu juga diputar video berisi forum musyawarah yang dilakukan oleh para kader-kader PKI dalam rangka untuk membangun kekuatan di Indonesia.
Arukat juga mengungkapkan bahwa ada Front Mahasiswa Nasional (FMN) merupakan calon generasi komunis yang sedang digarap oleh kader PKI. Aksi para kader PKI gencarkan pada beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Sebab, mereka (baca: mahasiswa muda) masih minim soal pengetahuan sejarah detail terkait PKI dan antek-anteknya yang dinilai sangat mudah sekali untuk didoktrin pemikirannya.
Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber, antara lain; Drs. H. Husni Sutikno (Mantan Direktur Hubungan Antar Lembaga Negara, Direktur Deputi bagian 6 BIN dan beberapa Deputi bagian lainnya, Dr. Imam Mawardi, M.A, (Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Pengasuh Ponpes Alif Lam Mim Surabaya), dan Drs. Zaenal Muhtadi (Kepala Bakesbang Linmas Jawa Timur).
Sementara itu, dari Ngawi ada enam anggota FPP (Forum Pengawal Pancasila) yang juga mengahadiri acara tersebut. Salah satunya, sebut saja Suwandi, Penasehat FPP Ngawi.
“Kita datang guna mendukung aksi untuk mewaspadai gerakan komunisme (Gerakan PKI) di Indonesia,” kata Suwandi kepada hidayatullah.com sebelum seminar dimulai.
Suwandi, mengutip perkataan Arukat Jaswadi saat mengikuti forum diskusi bersamanya. Ada dua hal yang urgent dan berbahaya jika para kader PKI mampu masuk ke dalam anggota dewan pemerintahan saat ini, yaitu:
Pertama, jika para kader PKI masuk menjadi anggota DPR RI, bisa saja kelak mereka akan merubah atau bahkan menghapus TAP MPR RI Tahun 1966 No. 25 tentang pelarangan PKI di Indonesia. Jika hal itu terjadi PKI akan mudah bangkit guna membangun kekuatan baru.
Kedua, kader PKI menuntut rehabilitasi dan dana kompensasi kepada pemerintah atas dibunuhnya orang-orang PKI yang mereka katakan adalah korban dari Orde Baru. Kira-kira ada sekitar 20 juta jiwa, dimana setiap jiwa dimintai dana ganti sebesar 2,5 Miliyar.
Selain Penasehat FPP Ngawi beserta jajarannya, seminar juga dihadiri oleh beberapa perwakilan dari organisasi. Seperti Mursyid Wakil Ketua DPD Muhammadiyah Nganjuk, KH. Dhofir selaku Ketua FPI Jawa Timur, Adang perwakilan satu-satunya dari Front Anti Komunis Bandung, dan organisasi lintas kota lainnya di Jawa Timur. Bahkan turut serta Kapolda Jawa Timur. */ Achmad Fazeri 
Sumber :