Minggu, 11 Desember 2016

Penanaman Cabai Berbakteri Bentuk Perang Biologis



Jakarta (10/12) – Anggota Komisi IV DPR RI Akmal Pasluddin menilai kasus penanaman cabai berbakteri bahaya oleh warga China di Bogor, adalah bentuk perang biologis dari negara asing terhadap negara Indonesia.
Pasalnya, tegas Akmal, hal ini tidak hanya mengancam kelangsungan tanaman pangan lokal. 
Tapi, juga bisa berujung pada perang ekonomi yang secara tidak langsung menjajah Indonesia.
“Oleh karena itu, rancangan undang-undang karantina yang saat ini dibahas DPR dengan pemerintah harus memuat pasal-pasal pertahanan negara yang sangat kuat. Sebab bila pertahanan karantina ini lemah, sama saja membuka peluang negara ini dihancurkan dengan mudah oleh negara lain dengan cara perang biologis yang dampak kerusakan terhadap negara sangat mengerikan,” tegas Akmal di Jakarta, Sabtu (10/12).
Akmal menjelaskan Perang Biologis yang dimaksud adalah bagian dari tindakan Bio-Terorism karena menggunakan bakteri Erwinia Chrysanthemi. Sebab, papar Akmal, jenis bakteri tersebut belum teridentifikasi di Indonesia.
“Jika ini menyebar ke seluruh negeri, akan membawa bencana fatal dikarenakan negara kita belum mampu mengendalikan kecuali pemusnahan,” jelas Legislator PKS dari Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan II ini.
Akmal memaparkan perang ekonomi berbungkus perang biologis tanaman pangan ini, sudah mulai terlihat yang melibatkan negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa. Isu transgenik di beberapa negara maju, berawal dari isu kesehatan yang kemudian berdampak pada perang ekonomi.
“Indonesia sebagai produsen pangan yang sekaligus konsumen bibit merupakan negara yang secara langsung terdampak,” jelas Akmal.
Dengan adanya kegiatan secara terbuka penanaman cabai oleh warga asing ini, maka akan menghancurkan tatanan masyarakat Indonesia secara sistematis. Kerusakan tersebut, jelas Akmal, akan diawali musnahnya tanaman pangan lokal tanpa segera diatasi oleh pemerintah. Selanjutnya, Indonesia akan sepenuhnya bergantung dengan produk pangan impor yang awalnya mampu dipenuhi dalam negeri.
Selanjutnya, kemiskinan serta kelaparan akan meningkat karena petani semakin terpuruk akibat sulit berproduksi. Ekonomi Indonesia semakin tergerus dan berlanjut pada krisis ekonomi yang akan menimbulkan kerusuhan dimana-mana.
“Sudah saatnya negara ini memperkuat komisi pengawas keanekaragaman hayati dan serius membentuk Badan Karantina Nasional yang mampu mengakses bea cukai. Segala pengamanan berlapis harus sudah mulai diterapkan. Ini merupakan peringatan keras bagi negara ini. Karantina, imigrasi dan pengawas transgenik saling sinergis berlapis mengamankan serangan biologis yang sudah mulai dilancarkan negara luar kepada Indonesia,” tutup Akmal.
Semoga berkenan dan bermanfaat.
Sumber :