Minggu, 19 April 2015

Almuzzammil: Pemimpin Jujur Hadirkan Kemajuan


Dari 500-an kota maupun kabupaten yang belum melangsungkan pemilihan kepala daerah (pilkada) se-Indonesia, 270-nya akan berlangsung pada 9 Desember 2015, termasuk 8 kota/kabupaten di Lampung. 
Demikian beberapa poin penting penyampaian Anggota MPR RI, Almuzzammil Yusuf dalam acara sosialisasi dan penyadaran masyarakat tentang konstitusi yang diselenggarakan di Desa Kebagusan, Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran (19/4), khususnya terkait dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Almuzzammil menyampaikan sesuai dengan UU yang telah disahkan pada Februari 2015 lalu, konsekuensi yang timbul adalah adanya penyeragaman jadwal pilkada. “Tahun ini ada, 2016 tidak ada, 2017 ada, dan kemudian habis pada tahun 2027 mendatang,” kata Almuzzammil yang juga calon Bupati Pesawaran.
Menurut Bang Jamil, sapaan akrab Almuzzammil, pilkada untuk kota/ kabupaten dan provinsi akan serentak se-Indonesia antara tahun 2022 atau 2027. “Kelak, pilpres dan pemilihan legislatif dalam satu waktu, pada hari yang sama di tahun 2019 dan pilkada baik kota, kabupaten maupun gubernur (provinsi) akan serentak dilaksanakan antara tahun 2022 atau 2027,” lanjut anggota Fraksi PKS DPR RI yang hobi sepakbola ini.
Di samping menjelaskan poin-poin substansial dari Undang-Undang Pilkada Nomor 1 Tahun 2015 beserta konsekuensi-konsekuensinya, di hadapan 150-an peserta sosialisasi tersebut, Almuzzammil juga menyinggung mengenai pentingnya masyarakat memilih calon pemimpin yang baik, yang melaksanakan saripati Islam. Sebab menurutnya, saripati Islam seperti yang dituturkan Imam Al Ghozali adalah amar ma’ruf nahi munkar. “Pemimpin yang baik tentu meniatkan diri untuk melaksanakan saripati agama dan kemudian menjadikan daerah atau bahkan suatu negara lebih maju dan sejahtera dibanding sebelumnya,” singgung Almuzzammil.
Sekretaris Fraksi PKS MPR RI ini menunjukkan contoh negara yang dipimpin oleh pemimpin yang baik dan melaksanakan apa yang disebut dengan saripati Islam. “Turki, saat saya pertama kali datang pada tahun 1996 adalah negara dengan tingkat pengangguran tinggi dan korupsi merajalela, akibatnya satu teh botol saja seharga 250 ribu lira (mata uang Turki), karena inflasi yang sangat tinggi sementara saat itu kalau tidak salah di Indonesia hanya seharga 250 rupiah,” jelas Muzzammil.
Namun kini, setelah 19 tahun, dengan kepemimpinan yang baik dan merupakan pemimpin muslim yang jujur, Turki justru tumbuh menjadi negara raksasa baru dengan pertumbuhan 10 persen, jauh di atas negara-negara Eropa lainnya. “Bahkan tiap kecamatan/ distrik di Turki terdapat lapangan futsal yang mengover olahraga bagi,” pungkas Muzzammil. []
Sumber :