Senin, 05 Oktober 2015

Regenerasi PKS Aneh....Tapi Nyata


PKS itu aneh, tapi nyata. Sejak 2004 saya memperhatikan partai yang mengusung jargon dakwah yang satu ini memang tidak pernah ada hentinya, menarik perhatian dan unik. 
Pemilu 2004, publik Indonesia digemparkan dengan kenaikan 600% suara partai ini dibandingkan dengan pemilu 1999. 
Saat ini publik kembali digemparkan dengan bergantinya kepemimpinan partai berlambang Ka’bah dengan dua bulan sabit dan padi ini. 
Tidak akan menjadi menarik jika regenerasi kepemimpinan partai tersebut dilakukan pada waktunya, namun pergantian ini diakibatkan karena beberapa pimpinan PKS menduduki jabatan menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Hal ini sebernarnya pernah dilakukan sebanyak dua kali oleh PK dan PKS. Saat PK masih dipimpin oleh Nur Mahmudi Ismail, beliau melepas jabatan presiden PK dikarenakan menjadi Menteri Kehutanan. 
Satu periode kemudian, Hidayat Nur Wahid pun melakukan hal yang sama. Beliau menanggalkan jabatannya sebagai Presiden PKS dengan alasan karena beliau menjadi Ketua Majelis Permusyawaraan Rakyat (MPR).
Saat ini Tifatul Sembiring digantikan oleh Luthfi Hasan Ishaq karena menduduki kursi Menteri Komunikasi dan Informasi. Menjelang pemilu 2014 PKS dihantam badai kasus suap impor sapi yang menyeret presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq masuk dalam bui KPK. 
Dalam hitungan jam muncul Presiden baru yakni Anis Matta yang dulunya menjabat sebagai Sekjen PKS. Sukses menahkodai PKS disaat badai menerjang, tiba-tiba Muhammad Sohibul Iman didaulat menjadi Presiden PKS menggantikan Anis Matta untuk periode selanjutnya..

Regenerasi pada kubu PKS sangat menarik untuk dipelajari. 
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam proses regenerasi ini.

Pertama, regenerasi PKS yang selama ini dilakukan selalu memunculkan nama baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Nama-nama seperti Nur Mahmudi Ismail, Hidayat Nur Wahid, dan Tifatul Sembiring pada awalnya belum pernah terdegar dalam dunia perpolitikan tanah air, Begitupun Luthfi Hasan Ishaq, Anis Matta hingga yang terbaru Muhammad Shohibul Iman. 
Banyak orang tidak mengetahui sosok beliau dalam dunia politik. Namun, publik akhirnya mengenal sosok mereka setelah muncul dengan “tiba-tiba” dengan diangkatnya mereka sebagai Presiden PKS. 
Berbeda dengan partai Golkar yang memunculkan nama Abu Rizal Bakri sebagai ketua umum yang menggantikan Jusuf Kalla. Abu Rizal Bakri sudah sangat terkenal dalam posisinya sebagai menteri pada kabinet sebelumnya. Maupun sosok ketua PDIP Megawati Sukarno Putri yang sejak pemilu tahun 1999 tidak pernah ganti hingga saat ini.

Kedua, pada rotasi jabatan menteri, PKS mengusulkan delapan nama dan menghasilkan empat nama sebagai menteri. Yang menarik adalah empat nama yang diterima sebagai menteri adalah orang yang berbeda dari periode sebelumnya. 
Padahal, Menteri Pertanian (Anton Apriantono) dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Adhiaksa Dault) memiliki prestasi yang sangat luar biasa. Mereka adalah menteri-menteri yang berprestasi. Anton Apriantono berhasil dalam swasembada beras, sedangkan Adhiaksa Dault berhasil meningkatkan prestasi Indonesia pada bidang olahraga. PKS tidak lagi menggunakan tenaganya dalam pos pejabat negara pembantu presiden (menteri). PKS seolah mengatakan, “PKS memiliki banyak orang hebat, bukan hanya menteri-menteri kemarin.

”Pada contoh kasus Menteri Pertanian, PKS seakan menunjukkan bahwa dalam bidang pertanian, bukan hanya Anton Apriantono yang mampu menjalankan tugas sebagai Menteri Pertanian Republik Indonesia. PKS menunjukkan bahwa PKS memiliki stok tenaga ahli yang dapat dikatakan cukup untuk mengurus negeri ini. PKS seolah membenarkan rumor yang mengatakan bahwa PKS adalah partai yang paling banyak memiliki kader yang bergelar doktor. Mungkin, jika PKS mendapat kursi yang lebih banyak, PKS akan menghadirkan orang-orang baru dalam berbagai sektor.

Ketiga, PKS mulai “menebar” nama-nama kadernya dalam dunia perpolitikan Indonesia. Jika periode lalu hanya muncul nama Nur Mahmudi Ismail, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Fahri Hamzah, Anton Apriantono, Tifatul Sembiring, Suswono, Suharna, Salim Segaf Al-Jufri, kali ini PKS memunculkan nama baru, Muhammad Shohibul Iman. Dalam waktu 15 tahun, PKS paling tidak telah melahirkan nama-nama elit dalam dunia perpolitikan Indonesia. Hal yang serupa tidak terjadi pada partai-partai lainnya. Jika pola ini tetap dipertahankan, bisa jadi akan ada seratus nama berbeda dikubu PKS. Nama-nama yang pada akhirnya bisa menjadi pemimpin bangsa pada masa depan. Bisa jadi pula, beberapa tahun mendatang nama-nama yang tersohor di Indonesia adalah nama-nama kader PKS semua. Hal ini mungkin terjadi jika partai lain tidak melakukan regenerasi yang lebih baik dari PKS.

Keempat, PKS memunculkan orang-orang muda. Orang-orang yang dalam jangka lima tahun kedepan masih mungkin untuk menduduki kursi Presiden Republik Indonesia. Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Anis Matta masih memiliki peluang untuk menjadi Presiden RI. Politik bukan monopoli orang tua, namun harus mengembangkan pemuda. Hal ini juga yang tidak dilakukan partai lain. PKS menunjukkan bahwa pemuda bisa lebih dari yang tua.

Kelima, tidak ada kultus individu dalam tubuh PKS. Hilangnya Nur Mahmudi Ismail, Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring dan Anis Matta dari kursi presiden partai pada kenyataannya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kinerja partai. Para kader PKS tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dalam sebuah milis kader PKS, seorang anggota milis mengajukan sebuah wacana untuk menjadikan Hidayat Nur Wahid sebagai Presiden PKS kembali, namun ajuan tersebut ditolak oleh sebagian besar (hampir semua) anggota milis.

Mereka berpandangan bahwa dengan kembalinya Hidayat Nur Wahid akan menjadikan PKS kultus individu terhadap beliau. Berbeda dengan PKB yang harus bertikai hebat ketika mendiang KH Abdurahman Wahid (Ketua Dewan Syuro PKB) mulai digugat kredibilitasnya; PDIP yang tetap setia pada Megawati apapun keputusannya; PD yang selalu meminta pandangan SBY sebagai Pembina PD terhadap setiap masalah, PKS tidak pernah mengultuskan presiden partainya. PKS hanya berjalan atas mekanisme partai, yaitu musyawarah. Dalam musyawarah tidak ada hak istimewa atas suatu individu dan melemahkan yang lainnya. Hal ini membuat PKS tidak pernah merasa kehilangan Presiden PKS. Nyawa PKS tidak ada pada ketuanya, namun berada pada setiap individu yang berada di dalamnya, hal itu terbukti ketika Luthfi Hasan Ishaq ditangkap KPK kader – kader PKS tetap setia bahkan dalam hitungan jam sudah ada presiden PKS yang baru yaitu Anis Matta

Paling tidak, inilah yang dapat dipelajari dari perubahan kepemimpinan PKS selama ini. PKS selalu siap untuk menghadirkan nama-nama baru yang akan mengisi setiap kursi kosong, baik dalam tubuh PKS itu sendiri maupun dalam tubuh NKRI secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin, dalam lima tahun mendatang, PKS akan menjelma menjadi partai yang sangat dominan dalam dunia politik indonesia. Hal ini dapat terjadi dengan catatan bahwa PKS tetap konsisten dengan pola yang telah mereka buat sebelumnya.

SELAMAT MUNAS, MUSWIL, dan MUSDA PKS tahun 2015 “BERKHIDMAH UNTUK RAKYAT:

Sumber :

http://www.kompasiana.com/aripimawan/regenerasi-pks-aneh-tapi-nyata_5610d36b85afbdbb0681a4db