Minggu, 21 Juli 2013

Menilik Gaya Blusukan Mensos Salim Segaf



Jakarta - Matahari sedang tidak terlihat di sebuah pemukiman kecil di daerah Tanah Abang. Meski begitu udara terasa begitu panas dan pengap.
Memasuki gang sempit selebar satu meter di pemukiman padat nan kumuh di kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, tercium bau tidak sedap sepanjang kaki melangkah. Rumah-rumah berukuran tidak lebih dari 3x3 meter nampak berdesak-desakan di sepanjang gang.
Beberapa warga kaget tiba-tiba ada banyak orang berkerumun di dekat rumah mereka. Bingung dan penasaran sebab kerumunan itu, beberapa warga memberanikan diri mendekat.
"Ada apa sih? Ada pak Jokowi ya?," tanya seorang ibu paruh baya dengan raut muka sumringah.
"Ada Pak Menteri Sosial bu," jawab seorang pria berbaju batik dan berperawakan tegap. Pria yang tangan kanannya menggenggam handy talky itu adalah ajudan sang menteri.
Dengan muka yang masih menyiratkan tanya kemudian sang ibu mendekati menteri. Entah apa yang terbesit dalam benaknya, tiba-tiba perempuan berbaju cokelat itu menyapa menteri sosial, Salim Segaf Al Jufri.
"Pak saya Asih, sudah dua puluh tahun jadi pemulung. Mari Pak mampir ke rumah saya," ucapnya sambil menunjuk sebuah gubuk kecil yang terbuat dari beberapa papan kayu yang disusun seadanya.
Salim Segaf Al Jufri langsung mengambil tawaran dari perempuan itu. Dia kemudian berjalan menyeberang rel kereta api. Mensos terlihat bingung mencari tempat duduk, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di atas rel kereta api yang juga menjadi pekarangan rumah asih.
Dua orang tetangga gubuk asih datang mendekat dan ikut duduk bersama sang menteri. Salim terlihat terlibat dalam obrolan dalam bersama tiga wanita yang semuanya berprofresi sebagai pemulung itu. Muka sang menteri terlihat begitu serius mendengarkan omongan tiga wanita itu. Sekitar 15 menit mereka terlibat dalam perbincangan, sebelum akhirnya Salim harus bergegas pergi.
"Tadi mereka cerita tentang keadaan mereka, ya menurut saya ini tidak layak, nanti kita pikirkan jalan keluarnya," ucap. Salim Segaf sambil berjalan.
Pemukiman kumuh yang terletak di Jl Jatibundar, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat memang menjadi tempat tinggal dari beberapa keluarga miskin. Warga pemukiman itu rata-rata bermata pencaharian sebagai pemulung dan buruh angkut di pasar Tanah Abang yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka.
Sumber :