Selasa, 15 Oktober 2013

PKS Kepri: Kaum Sekuler Selalu Mengkampanyekan Politik itu Kotor



PKS Nongsa - Orang-orang atau kaum sekuler selalu mengkampanyekan politik itu kotor, dakwah itu di mimbar bukan di parlemen dan mereka tidak menginginkan umat Islam berkuasa.
" Sekian puluh tahun umat Islam berada di bawah bayang-bayang kekuasaan. Parlemen sebagai institusi seharusnya melahirkan kebijakan-kebijakan yang membawa maslahat bagi masyarakat bukan sebaliknya. Inilah yang terjadi beberapa waktu yang lalu," 
ujar Wakil Ketua DPW PKS Kepri Wildan Hadi Purnama saat memberikan taujih pada Liqo' Tansiqi Tarbawi 3 Besar (LT3 Besar) yang diadakan oleh DPC PKS Nongsa, Ahad (5/5) pagi.
Menurut Wildan, Indonesia adalah negara kaya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Akan tetapi kekayaan itu masih belum dirasakan oleh penduduknya.
" Kita masih saja antri minyak padahal kita memiliki banyak minyak. Listrik juga masih byar-pet. seharusnya kita tidak mengalami hal itu karena kita negara kaya," ungkap Wildan.
Wildan menerangkan bahwa umat Islam dilahirkan untuk memberi kemaslahatan bagi manusia. Menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.
" Menyeru disini maknanya bukan sekedar menyeru tapi juga menggali potensi-potensi kebaikan. Demikian pula dengan kata menghalangi kemunkaran, tidak hanya menghalangi kemungkaran namun juga menekan sedemikian rupa peluang-peluang orang untuk berbuat maksiat. Jika potensi kebaikan di kembangkan terus, maka potensi-potensi keburukan akan tereliminasi dengan sendirinya," ujar Wildan.
Akh Mulyadi sebagai pembawa acara
Dalam rangka beramar ma'ruf nahi munkar inilah kita berpartai dan berpolitik. Kenapa hrs berpartai? karena untuk mencapai kekuasaan dalam sistem kita sekarang ini hanya bisa dilakukan melalui partai politik.
" Menurut Ustadz Anis Matta politik itu ibarat kanal, semakin besar kanal maka akan semakin besar arus yang masuk. Kita harus memperbesar bargaining kita dalam politik ini. kita didorong untuk memenangkan dakwah ini," katanya.
Menurut Wildan ada 5 hal kenapa perlunya berpartai untuk menata perbaikan kehidupan umat. 
Pertama, melaksanakan tanggung jawab misi khilafah.
" Kita harus menjadi pemimpin di muka bumi ini. Selama Islam berkuasa belum ada kaum minoritas nonmuslim yang tertindas. Kita harus menegakan hukum-hukum Allah, jalannya untuk saat ini hanya melalui demokrasi," ungkap Wildan.
Kedua, untuk menyalurkan aspirasi, potensi dan peran. Sementara yang ketiga adalah Islam sistem hidup universal dan keempat, adalah amar ma'ruf nahi mngkar." Sedangkan yang kelima adalah mengimbangi kekuatan musuh.

Karena PKS nomor 3, maka ada 3 perubahan didalam Al-Qura'n. 
Pertama, perubahan struktural. Misalnya Allah akan memasukan orang-orang sholeh yang akan duduk di pusat-pusat kebijakan.
"Kedua, perubahan kultural yakni perubahan yang kita lakukan di tengah-tengah masyarakat melalui dakwah. 
Kita tidak meninginkan perubahan yang ketiga yakni perubahan rivalitas absolut. Kita tidak ingin Allah menurunkan azabya seperti bencana alam. dan keadaan negeri-negeri yang sedang bergejolak. Keadaan seperti ini tidak hanya bagi orang-orang zolim, namun bisa juga bagi orang-orang beriman." katanya.
Untuk itu, kita harus menggiatkan dakwah ini dan bagaimana cara kita untuk memenangkan partai dakwah ini dan memperbesar kanal-kanal seperti yang saya sebutkan tadi, demikian Wildan. [DeMoes]

Sumber :
================================================================

Jelang Pemilu Partai Sekuler Rame-rame Jualan Agama, Kenapa Partai Islam yang Disudutkan ?


Politik memang identik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tipu sana sini, sikut kanan kiri, menggunting dalam lipatan, mengkhianati kawan seperjuangan, memenjarakan besan bahkan mengorbankan keluarga atau anak sendiri, semua ‘halal’ dalam politik.
Maka tak heran, agama yang seharusnya merupakan hal yang sakral bagi umat manusia juga di jadikan bahan guyonan dan bualan politik, oleh segelintir orang.
Kalau setuju parpol bisa kita bagi 2, yaitu partai sekuler (bukan berbasis agama) dan partai agama. Partai sekuler umumnya menggunakan jargon jargon nasionalis, dan sebaliknya partai agama menggunakan jargon dan simbol agama.
Hal yang menarik sejak pemilu 2004, kita makin sulit membedakan mana parpol Agama (Islam) dan mana parpol sekuler. Ini karena parpol sekular telah merubah jargon menjadi partai religius nasionalis NAMUN dengan tetap cita rasa sekuler (aktivisnya suka mabok, selingkuh, narkoba, judi, main perempuan, korupsi, suap menyuap, dll) hingga akhirnya mereka memenangkan pemilu mengalahkan parpol Islam.
Kalau parpol Islam/agama menggunakan jargon dan simbol agama maka itu wajar, BAGAIMANA dengan parpol sekuler?? Bukankah ini namanya pencitraan, penjiplakan, pemalsuan??
Dalam hal ini saya memberikan beberapa catatan ‘kemunafikan’ partai partai SEKULER yang sudah meniru jejak bunglon, antara lain:
Menunggangi AGAMA untuk politik artinya agama cuma tunggangan, simbol agama cuma TOPENG, padahal biasanya anti terhadap nilai agama.
Ada partai sekuler yang anti Islam, anti UU zakat, anti UU pornografi, Anti UU Jaminan Produk Halal, kadernya suka jadi BACKING tempat mabok, maksiat dan judi, menjelang pemilu tiba-tiba jadi Islami.
Tiba-tiba Cagub partai sekuler PAKE KERUDUNG, pake KOPIAH, padahal anti Jilbab, sebelumnya  DEMO ANTI diwajibkannya JILBAB pada daerah tertentu. 
TIBA-tiba mendadak ISLAMI, pergi HAJI, Umroh, menyumbang masjid padahal biasanya anti masjid, TIBA - tiba pakai simbol Islam untuk membohongi kaum muslimin.
Tanpa rasa malu, SUDAH KALAH di pilkada gubernur KERUDUNGNYA dicopot, KOPIAH dibuang, balik lagi anti Islam. Ini namanya politisasi agama, ini namanya menjual agama.
ADA capres dari partai sekuler ini tiba-TIBA fasih ceramah dan jadi selingan acara TV mendiskreditkan partai Islam (PKS). Ada juga bacawapres lain yang mendadak berpenampilan Islami sambil mengucapkan selamat Idul Fitri…. Agama jadi bualan.
Ada juga CAGUB, ALEG (misalnya: Efendi Simbolon dan Ruhut sitompul) yang pandai ngucapin Assalamu alaikum, Alhamdulillah, masyaAllah, Innalillah, dsb, PADAHAL bukan Islam. Saya kira ini penistaan..?
Untuk mendekati umat Islam, PDIP membentuk Baitul Muslimin Indonesia, Demokrat membentuk Majelis Dzikir SBY. GERINDRA membentuk GEMIRA - Gerakan Muslim Indonesia Raya, LAZIRA (Lembaga Amil Zakat Indonesia Raya), MAZIA (Majelis Zikir Indonesia Raya), Golkar juga sejak lama membentuk Majelis Dakwah Islamiah (MDI) & Satkar Ulama.
YANG  jadi masalah adalah kenapa Parpol Islam selalu dikatakan MENJUAL agama padahal mereka selalu pakai Jilbab, setiap hari sholat, senantiasa TAKBIR, naik haji adalah kewajiban mereka. Yang mereka lakukan hanya Islamisasi politik (misalnya mengusulkan pembuatan UU zakat, UU pornografi, dan UU Jaminan Produk Halal) dengan merujuk pada ideologi mereka, Islam rahmatan lil alamin.
Kini sudah tahu kan siapa yang menjual agama untuk politik dan siapa menggunakan politik untuk agama??
Kini sudah tahukan siapa ‘penjual’ agama sesungguhnya?? 

Sumber :
===============================================================