Jumat, 27 September 2013

Kemensos Luncurkan Dumas Online


Jakarta - Kementerian Sosial meluncurkan sarana yang disebut Pengaduan Masyarakat (Dumas) Online sebagai wadah bagi masyarakat untuk melaporkan berbagai dugaan penyimpangan terkait kinerja Kementerian Sosial dan jajarannya.
"Semua tindakan yang terkait dengan program kemensos bisa dilaporkan, termasuk juga perilaku pejabatnya misalnya di luar berbuat aneh-aneh bisa dilaporkan," kata Sekjen Kemensos Toto Utomo Budi Santosa di Jakarta, Rabu (25/9).
Hal itu disampaikan Toto usai meluncurkan Dumas Online dan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan publik melalui pengaduan masyarakat secara online mewakili Menteri Sosial Salim Segaf AL Jufri. 

Toto mengatakan, pengaduan secara online dan transparan tersebut membutuhkan keikutsertaan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu upaya yang di tempuh oleh Kementerian Sosial dalam rangka mengurangi, menurunkan, menghilangkan tindak pidana korupsi.

Dia menjelaskan, mekanisme Dumas Online sama seperti pengaduan lainnya yaitu jika ada pengaduan akan ditampung, lalu dianalisis, jika terbukti ada penyimpangan akan ditindaklanjuti lalu dilaporkan kembali ke masyarakat.

Bentuk tindak lanjut yang diambil bisa bermacam-macam misalnya perbaikan dari dalam, jika tidak bisa diperbaiki ditindaklanjuti dan kalau mengandung unsur pidana akan dilimpahkan ke pihak berwajib.
"Evaluasinya akan dilakukan setiap tiga bulan, tapi kita berjanji untuk `clear` dan `clean`. Kita akan jadikan korupsi itu tidak ngetop," tambah Toto.
Aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan publik melalui pengaduan masyarakat secara online merupakan kegiatan lanjutan dari Pencanangan Zona Integritas dalam rangka pembangunan Kemensos RI menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi yang telah dilaksanakan pada 7 Juni 2012.

Aksi tersebut diawali Penandatanganan Pakta Integritas oleh pimpinan dan seluruh jajaran Kemensos sebagai deklarasi atau pernyataan komitmen yang dipublikasikan. 

Meski telah dideklarasikan sebagai Wilayah Bebas Korupsi, menurut Toto, Kemensos masih mendapatkan "rapor merah" dari Bappenas atas rencana aksi yang telah disepakati yang belum sepenuhnya sesuai dengan instruksi presiden.

Begitu juga dengan hasil penilaian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2012 atas indeks integritas instansi, bahwa dari 20 persen atau 17 instansi/pemerintah daerah yang pencapaian indeks integritasnya masih di bawah standar yaitu 6,00 salah satunya adalah Kementerian Sosial.

Namun terdapat berbagai pencapaian yang lebih baik sejak pendeklarasian tersebut, misalnya hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan Kemensos tahun 2012 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP DPP) dan penilaian atas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dari nilai CC+ menjadi "Baik".

Sumber :


=================================================================

Bedah Kampung di Pekalongan, Kemensos Gelontorkan Rp 3,2 M



Pekalongan. Setelah sukses dengan program bedah kampung di beberapa wilayah di Indonesia, kali ini kementerian sosial memberikan bantuan sebesar Rp 3,2 miliar kepada 320 kepala keluarga Kelurahan Kebulen, Kecamatan Pekalongan Barat, untuk renovasi rumah yang tidak layak huni, dan masing-masing kepala keluarga memperoleh Rp 10 juta.

Mensos Salim Segaf Al Jufri mengatakan hingga saat ini tercatat masih ada 2,3 juta rumah tidak layak huni yang ada di Indonesia. Untuk mengurangi jumlah tersebut, salah satu langkah Kementerian Sosial adalah dengan program Bedah Kampung dengan lokasi yang berbeda tiap tahunnya sejak tahun 2005 lalu.

“Di Indonesia rumah tidak layak huni itu ada 2,3 juta. Sedangkan kemampuan Kementerian, satu tahun hanya bisa membantu 15 ribu maksimal 20 ribu rumah,” kata Salim usai peletakan batu pertama bedah kampung di Lapangan Jerli, Kebulen, Pekalongan, Jumat (20/9/2013) sore.

Guna mensukseskan program tersebut, mensos memberikan arahan agar uang sebesar Rp 10 juta yang diberikan kepada tiap kepala keluarga tersebut disarankan untuk membeli bahan bangunan. Sedangkan proses pembangunan dilakukan dengan gotong royong warga.

“Dana satu rumah Rp 10 juta. Uang tidak boleh untuk bayar tukang, yang kerja masyarakat. Kalau bisa jadi, nilainya akan lebih dari Rp 10 juta,” pungkasnya.

Selain itu dalam pembangunan tiap 100 rumah, diharapkan bisa selesai dalam waktu lima hari. Satu rumah dikerjakan oleh 50 hingga 100 orang yang merupakan warga setempat.

“Program ini bisa mempererat bangsa dan anak-anak yang sedang menempuh pendidikan di berbagai sekolah kejuruan bisa mempraktekkan ilmu mereka,” tutur Menteri dari PKS tersebut.


Sementara itu, Wali Kota Pekalongan, Moh Basyir Ahmad menambahkan, pada tahun 2007 lalu ada sekitar 6 ribuan rumah tidak layak huni di Pekalongan, namun dengan bedah kampung yang juga dilakukan oleh pemerintah kota, setidaknya tersisa 1.142 rumah yang tidak layak huni pada tahun 2013.

“Saya berharap diselesaikan paling lambat awal 2014 dengan dibantu dinas-dinas terkait,” imbuh Basyir.
Selain bantuan untuk rumah tidak layak huni (RLTH), diberikan pula bantuan kelompok usaha bersama (Kube) untuk 20 kelompok masing-masing Rp 20 juta, bantuan sarana prasarana lingkungan senilai Rp 200 juta.
Sehingga jumlah total bantuan untuk kota Pekalongan dari Kementerian Sosial kali ini mencapai Rp 3,85 miliar.
“Pekalongan adalah titik kesekian, lagipula yang sudah siap Pekalongan karena bisa jadi percontohan untuk semangat gotong royong,” tegas Menteri Sosial.
Rencananya hari Sabtu (21/9) besok Mensos akan menyerahkan bantuan di Kabupaten Batang berupa rehabilitasi RTLH sebesar Rp 1,5 miliar untuk 150 rumah, bantuan Kube Rp 200 juta, dan bantuan sarana prasarana Rp 100 juta.
Adapun lokasi bedah kampung lainnya di Indonesia untuk tahun 2013 ini adalah Kota Tomohon, Kota Payakumbuh, Kora Padang, Kabupaten Sukoharjo, Kota Palu, Kota Banjarmasin, Kabupaten Lombok Timur, Kota Subusalam, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Garut. (sbb/dakwatuna)
Sumber :
http://keeppksontrack.blogspot.com/2013/09/bedah-kampung-di-pekalongan-kemensos.html


===============================================================


Ketika Mensos Ngabuburit di Pemukiman Padat Cilincing

Jakarta - Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri memberikan bantuan untuk dua rumah yang kondisinya memprihatinkan di pemukiman padar Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Ia sempat berkeliling pemukiman padat penduduk tersebut dan bercengkerama dengan anak-anak dan ibu-ibu.
Seperti yang tampak di RT 14/07 Kalibaru Barat IV, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (4/8/2013) sore, Salim memberikan bantuan untuk dua lansia yang kondisi rumahnya sangat tidak layak huni. Usai memberikan bantuan senilai Rp 10 juta itu, Salim berkeliling pemukiman.

Pemukiman padat ini ditinggali masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Saking padatnya, gang-gang pemukiman hanya selebar satu meter. Salim pun tanpa ragu mengelilingi pemukiman ini sejenak.
Warga yang penasaran dengan keramaian rombongan Kementerian Sosial menyapa Salim. Lalu tiba-tiba ada seorang ibu bernama Atun yang mengeluhkan mahalnya harga cabai ke Salim.
"Kita sekarang beli cabai Rp 2.000 sudah nggak sama tomat, Pak. Buat masak juga sudah nggak pakai bawang lagi," kata Atun.
"Kalau itu cabainya dikurangi sedikit dulu," jawab Salim Segaf.
Kemudian Salim merangkul seorang anak kecil berambut cepak yang mengikuti rombongan untuk menemaninya berkeliling. Ia menanyakan beragam hal mulai dari kegiatan sekolah dan tempat tinggal si anak, salim pun mampir ke rumah si anak dan disambut ibu anak tersebut.
Senyum dan salam ditebarkan Salim selama keliling pemukiman yang memakan waktu sekitar 30 menit tersebut. Setelah itu Salim berbincang dengan pengurus RW setempat menekankan pentingnya gotong royong sesama warga untuk membantu para lansia.
"Semua masyarakat saling membantu, terutama lansia. Itu akan mempercepat penanganan masalah sosial," ujar Salim. (detik)

Sumber :


================================================================


Menilik Gaya Blusukan Mensos Salim Segaf

Jakarta - Matahari sedang tidak terlihat di sebuah pemukiman kecil di daerah Tanah Abang. Meski begitu udara terasa begitu panas dan pengap.
Memasuki gang sempit selebar satu meter di pemukiman padat nan kumuh di kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, tercium bau tidak sedap sepanjang kaki melangkah. Rumah-rumah berukuran tidak lebih dari 3x3 meter nampak berdesak-desakan di sepanjang gang.
Beberapa warga kaget tiba-tiba ada banyak orang berkerumun di dekat rumah mereka. Bingung dan penasaran sebab kerumunan itu, beberapa warga memberanikan diri mendekat.

"Ada apa sih? Ada pak Jokowi ya?," tanya seorang ibu paruh baya dengan raut muka sumringah.
"Ada Pak Menteri Sosial bu," jawab seorang pria berbaju batik dan berperawakan tegap. Pria yang tangan kanannya menggenggam handy talky itu adalah ajudan sang menteri.
Dengan muka yang masih menyiratkan tanya kemudian sang ibu mendekati menteri. Entah apa yang terbesit dalam benaknya, tiba-tiba perempuan berbaju cokelat itu menyapa menteri sosial, Salim Segaf Al Jufri.
"Pak saya Asih, sudah dua puluh tahun jadi pemulung. Mari Pak mampir ke rumah saya," ucapnya sambil menunjuk sebuah gubuk kecil yang terbuat dari beberapa papan kayu yang disusun seadanya.
Salim Segaf Al Jufri langsung mengambil tawaran dari perempuan itu. Dia kemudian berjalan menyeberang rel kereta api. Mensos terlihat bingung mencari tempat duduk, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di atas rel kereta api yang juga menjadi pekarangan rumah asih.
Dua orang tetangga gubuk asih datang mendekat dan ikut duduk bersama sang menteri. Salim terlihat terlibat dalam obrolan dalam bersama tiga wanita yang semuanya berprofresi sebagai pemulung itu. Muka sang menteri terlihat begitu serius mendengarkan omongan tiga wanita itu. Sekitar 15 menit mereka terlibat dalam perbincangan, sebelum akhirnya Salim harus bergegas pergi.
"Tadi mereka cerita tentang keadaan mereka, ya menurut saya ini tidak layak, nanti kita pikirkan jalan keluarnya," ucap. Salim Segaf sambil berjalan.
Pemukiman kumuh yang terletak di Jl Jatibundar, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat memang menjadi tempat tinggal dari beberapa keluarga miskin. Warga pemukiman itu rata-rata bermata pencaharian sebagai pemulung dan buruh angkut di pasar Tanah Abang yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka.

Sumber :