Kamis, 15 September 2016

Karena PKS, Peta Politik Pilgub DKI Berubah Total


Peta politik Pilgub DKI 2017 semakin dinamis. Kini menguat opsi tiga pasang calon di Pilgub DKI yang akan dihelat Februari tahun depan itu.
Awalnya, pertarungan di DKI hanya akan diperebutkan partai yang mendukung Ahok dan yang menolak Ahok. 
Bahkan sudah ada deklarasi DPD PDIP, Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, PPP dan PKB dengan nama koalisi kekeluargaan untuk melawan Ahok.
Jauh hari, Golkar, NasDem dan Hanura menyatakan dukungan kepada Ahok. Dua kutub ini yang tinggal selangkah lagi akan berebut kursi DKI 1 dan DKI 2. Sayang, konstelasi politik kemudian berubah.
PDIP dikabarkan bakal merapat ke Ahok dengan asumsi duet bersama Djarot Saiful Hidayat. Gerindra pun langsung mendeklarasikan usung Sandiaga Uno sebagai Cagub DKI, tak lagi berharap dengan PDIP untuk memajukan Tri Rismaharini.
Dua minggu jelang pendaftaran jalur parpol Pilgub DKI dibuka, konstelasi berubah lagi. Partai-partai yang hendak melawan Ahok berpotensi pecah menjadi dua bagian. Hal ini merujuk PKS mendeklarasikan Mardani Ali Sera untuk jadi cawagub DKI Sandiaga Uno.
Sebelum ada deklarasi dukung Mardani, enam partai yakni Gerindra, PAN, PKS, PKB, PPP dan Demokrat bersatu dukung Sandiaga Uno, tinggal mencari pendampingnya. Namun setelah deklarasi Mardani ini, kondisi berubah.
Bahkan sehari setelah kabar PKS mengusung Mardani, bakal calon gubernur DKI Jakarta yang sempat meredup, Yusril Ihza Mahendra sesumbar. Dengan menggandeng Sekda DKI Saefullah, Yusril yakin akan ada poros baru di DKI. Dia yakin mendapat dukungan Demokrat dan PAN maju sebagai cagub DKI.
"Sejak beberapa minggu yang lalu Pak SBY turun tangan, Pak Amien Rais juga turun tangan, dengan kapasitas masing-masing yang ada pada beliau dan merangkai kekuatan-kekuatan politik ke partai-partai dan hasilnya sudah ada walaupun tidak berhasil meyakinkan partai Gerindra dan PKS," ujar Yusril di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/9).
Menurut Yusril, SBY dan Amien Rais saat sedang menggalang dukungan dari dua partai lain yakni PPP dan PKB. Yusril menyebut pada tanggal 15 September mendatang sudah ada kepastian soal pencalonan dirinya.

Hitung-hitungan politik tiga poros
Merujuk pada Undang-Undang nomor 8 tahun 2015 Tentang Pemilihan Kepala Daerah. Parpol sekurang-kurangnya punya 20 persen kursi atau 25 persen suara di Pemilu 2014.
Total kursi di DPRD DKI Jakarta ada 106 kursi. Sehingga batas minimal partai politik untuk mengusung calon gubernur yakni 21 kursi di DPRD DKI.
Ahok didukung oleh Golkar 9 kursi, NasDem 5 kursi dan Hanura 10 kursi, total 24 kursi, sudah cukup untuk mencalonkan cagub.
Sementara Sandiaga Uno dan Mardani Ali Sera dengan sinyal dukungan koalisi Gerindra 15 kursi dan PKS 11 kursi, total 26 kursi. Sudah cukup untuk mengusung Sandiaga-Mardani.
Poros ketiga, dengan dukungan Demokrat 10 kursi, PPP 10 kursi, PKB 6 kursi dan PAN 2 kursi, total 28 kursi. Sudah cukup untuk mencalonkan Yusril Ihza Mahendra dan Saefullah.
Hanya PDIP yang bisa mencalonkan sendiri dengan kekuatan 28 kursi di DPRD DKI. Namun hingga kini, PDIP belum memutuskan. Kabar terakhir, akan mendukung Ahok.
Namun hitung-hitungan di atas hanya prediksi. Konstelasi politik masih sangat dinamis dan dapat berubah jelang pendaftaran di KPU DKI pada 21 September nanti. Baru Golkar, NasDem dan Hanura yang sudah memastikan diri mendukung Ahok.
Sumber :