Rabu, 08 Januari 2014

PKS itu lawan politik utama


Masih ingat dengan kisah masuk Islamnya Umar bin Khaththab ? Semula berniat membunuh Rasulullah saw, akhirnya Umar memutuskan memeluk Islam usai mendengar indahnya lantunan surat Thaahaa dari bibir Fathimah. Hidayah menyelinap ke dalam jiwanya, bak palu godam yang menghantam benteng-benteng keangkuihan dan kebenciannya kepada Islam.
Kisah yang mirip terjadi di suatu malam di Kampung Siluman, Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, tahun lalu. Bermula ingin merekam  pertemuan warga kampung tersebut dengan anggota DPRD F-PKS Kabupaten Bekasi Ust. Zainudhin, seorang mandor akhirnya mengubah haluan politiknya. Dari pembenci PKS menjadi pendukungnya.
“PKS itu lawan politik utama saya selama di Golkar,” katanya.
Mandor Zaenal Mantap Bergabung bersama PKS
Siapakah dia? Zaenal namanya. Tubuhnya kekar dan cukup gempal. Sorot matanya tajam penuh wibawa. Warga Mangunjaya memberinya gelar Mandor. Julukan mandor penuh prestise. Tak sembarang orang mendapatkannya. Mandor identik dengan jawara, preman, orang yang sangat ditakuti sekaligus dihormati kawan dan lawan. Hidupnya banyak dihabiskan di jalanan. 
“Sejak SMK saya sudah sering berantem dan mabok,” ungkap lelaki kelahiran 15 Desember 1982 itu.
Peristiwa malam itu tak pernah dilupakan Zaenal. Ia sama sekali tak menduga jalan hidupnya akan berubah 180 derajat. 
“Kalimat yang disampaikan Pak Zainudhin lembut dan santun. Berbeda dengan partai yang saya dukung selama ini,” ujar ayah dua anak itu.
Keputusannya mendukung PKS kian mantap setelah melihat sendiri bagaimana cara anggota dewan, caleg dan kader PKS memperlakukan warganya. 
“Mereka terus bersilaturahmi dengan kami. Beda dengan yang lain. Ngasih uang Rp 50.000 setelah itu susah dihubungi,” ungkap Zaenal berapi-api.
Dukungan Mandor Zaenal memang bukan basa-basi. Malam Ahad, (4/1) lalu di rumahnya, kebetulan saya menghadiri pertemuan antara tokoh dan warga Kampung Siluman dengan caleg PKS: DR Mardani Ali Sera (DPR), Ust. Sa’dan (Provinsi) dan Ust. Zainudhin (Kabupaten Bekasi). Meski malam telah larut, Bang Zaenal, begitu kami menyapanya, sangat antusias. Sekitar 100 orang hadir. Termasuk para mandor yang sekarang mengikuti jejak Bang zaenal: mendukung PKS.
“Niat saya ibadah kepada Allah,” katanya singkat saat ditanya motivasinya mendukung PKS.
Bang Zaenal memang bukan Umar bin Khaththab. Tapi dari kisah ini kita bisa belajar betapa Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada partai dakwah ini dari jalan yang tak pernah kita duga. Allah akan selalu memberikan kita sosok yang tepat sesuai dengan zamannya selama kita terus istiqomah memperjuangan kebenaran dan kebaikan. Wallahu’alam.

Sumber :
===========================================================================================
Peringatan Buat Hater PKS, Nasib Anda Bisa Seperti Ini
Saat hiruk pikuk pemilu 2009, ketidaksukaan Teguh Al Holidi kepada partai politik yang mengusung nilai-nilai agama begitu besar, khususnya pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 
Dia bisa sangat marah jika bendera atau simbol-simbol partai tampak atau terpasang di areal sekeliling rumah atau ‘daerah kekuasaan’nya.  
Bendera yang terpasang akan ia cabut sendiri hingga tiang-tiangnya. Teman dan kerabat yang aktif di PKS dilarangnya menyosialisasikan partai di sekitar kampung.
“Agama kok dibawa-bawa ke politik? Munafik!” begitu cetusnya saat itu.
Teguh sendiri dikenal sebagai tokoh yang disegani. Tangan dinginnya berulangkali membawa proyek pemerintah yang sering terhambat mengucur mulus ke sejumlah kampung di kecamatan Gunung Sugih – Lampung Tengah. 
Namun, Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati merubah persepsinya. Tak dinyana, hater yang begitu gigih menentang partai dakwah ini justru menyatakan ketertarikan dan akhirnya bergabung dengan PKS. Bukan itu saja. Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) tingkat kecamatan ini bahkan all out memenangkan PKS di Pemilu 2014 dengan bersedia jadi caleg.
Mengetahui Teguh sudah berubah haluan ke PKS, rival-rival politik pun tak tinggal diam. Teguh yang membawahi tak kurang dari 293 kelompok petani di 15 kampung atau sekitar 9000 petani ini terus diiming-imingi duit berlimpah untuk keluar dari PKS.
“Mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 300 juta di atas meja supaya saya keluar dari pencalegan PKS dan pindah partai, saya menolak,” ujar Teguh. Menurut caleg PKS daerah pemilihan I Kabupaten Lampung Tengah ini, ia sudah telanjur nyaman berinteraksi dengan para kader PKS.
Apakah Teguh hanya ingin mengejar jabatan di PKS? Tidak. Dia berharap siapapun yang dicalonkan dari PKS dan kelak terpilih sebagai anggota legislatif bisa bekerja melayani masyarakat dengan maksimal.
“Meskipun saya nggak jadi (anggota dewan), nggak apa-apa. Yang penting saya ikut berusaha semaksimal mungkin memenangkan PKS,” pungkasnya.
Masya Allah.  Ternyata namanya betul-betul seteguh sikapnya. Semoga Allah SWT memudahkan segala urusan beliau. Aamiin.
=======================================================================
Masyarakat Tionghoa Ramai Masuk PKS, Bahkan Ada Yang Sudah Kader
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini merupakan partai yang mempunyai basis masyarakat dimana-mana. PKS bukan lagi sebuah partai yang ekslusif tapi menjadi partai yang inklusif dan terbuka bagi setiap orang.
Kiprah PKS yang terbuka dan menerima dari aspek semua golongan, membuat banyak masyarakat Tionghoa baik yang sudah beragama Islam, maupun non-Islam tertarik kepada PKS.
Seperti kisah Ko Aheng, masyarakat Tionghoa yang dulu sangat aktif pada partai yang Berlambang Banteng, kini malah masuk kedalam barisan PKS. Walaupun ia masih belum menjadi seorang muslim. Pengusaha kue yang terbilang sukses ini merintis dari bawah dalam usaha kuenya, termasuk orang yang gigih dalam usahanya.
Setelah bertemu dengan beberapa kader PKS di Pademangan, Kelurahan Pademangan Barat. Ko Aheng akhirnya simpatik terhadap PKS. Ko Aheng tertarik dengan PKS lantaran melihat kerja dan kerendahan hati dari kader-kader PKS yang menjadi pejabat publik.
Sekarang ini, Ko Aheng merupakan salah satu pendukung berat PKS. Di kediamannya selalu terbuka untuk setiap kegiatan PKS. Acara lomba masak hingga reses anggota dewan dari PKS beberapa kali diadakan disana.
Seperti Hidayat Nur Wahid, Adang Daradjatun juga H. Muhammad Subki (Ketua DPD PKS Jakarta Utara) juga sudah pernah membuat acara reses di kediaman Ko Aheng. Meskipun Ko Aheng adalah pengusaha sukses, ternyata beliau juga adalah salah satu tokoh yang dihormati di daerah Pademangan Barat.
Saat pilgub DKI, Ko Aheng merupakan pendukung berat pasangan Hidayat & Didik, ia tidak pernah absesn dari kampanye, malahan ia sangat proaktif mengajak seluruh keluarganya untuk memilih pasangan nomer Hidayat & Didik. Juga saat acara milad PKS ke 15 di Semarang, Ko Aheng semangat untuk menghadiri di acara tersebut bersama dengan rombongan kader-kader PKS Jakarta Utara.
"Kita doakan semoga Aheng mendapatkan hidayah dari Allah SWT." pungkas H.Muhammad Subki, Lc. saat acara makan siang dengan Ko Aheng, Pengurus DPD Jakarta Utara dan Ketua DPC-DPRa se Jakarta Utara di Rumah makan Bu Tjitra, Yogyakarta ahad (22/4) lalu sehari setelah menghadiri Milad ke 15 PKS di Semarang.
Yang menarik, lantaran Ko Aheng sering bersama kader-kader PKS. Beliau menyatakan bahwa saat ini sudah tidak pernah lagi menyatak makanan yang diharamkan agama Islam, yaitu daging Babi. Walaupun masih belum memeluk Islam, seluruh keluarganya sudah tidak lagi makan daging babi, bahkan istrinya sendiri beberapa kali ikut shalat tarawih berjama'ah.
Ini menjadi bukti yang kuat bahwa PKS sudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Tak hanya Ko Aheng, ada masyarakat Tionghoa lainnya seperti Ristu Hasriandi Kho. Yang merupakan kader militan dan sangat loyal dalam memperjuangkan PKS.
===================================================================
Kisah Ketua Satgas Parpol yang benci "Korupsi" PKS namun akhirnya tersadar..
"Hadapi Manusia dengan Cinta"
Beberapa waktu lalu dilaksanakan Koordinasi BCAD di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah bertempat di sebuah restoran. Ketika para peserta tengah makan bersama di restoran itu, seorang lelaki berbadan tegap menghampiri mereka. Tampaknya lelaki itu memperhatikan atribut PKS yang banyak dikenakan para BCAD.
"Kalian PKS ya? Kalian ini korupsi sapi kan? Apa kalian ini, mengaku partai dakwah, tapi kelakuan kalian korupsi sapi".
Semua ikhwah merasa sangat kaget dengan ungkapan vulgar dan spontan tersebut. Semua terdiam dan tidak tahu akan menjawab apa. Lelaki itu terus saja berbicara menjelek-jelekkan PKS. Emosinya seperti tumpah ruah dan dikeluarkan semua di hadapan para BCAD.
Salah seorang ikhwah mencoba menjawab, "Pak kami ini memang caleg PKS. Tapi kami tidak korupsi sapi seperti yang bapak tuduhkan".
"Ah, sama saja kalian semua. Kalian semua korupsi sapi. Kalian sama saja dengan partai lainnya. Tidak ada bedanya", sergah lelaki itu dengan nada emosi.
Melihat suasana yang tegang dan tidak kindusif itu, seorang ikhwah mendekatinya dan berbicara dengan santun, "Boleh kami minta nomer HP Bapak? Nanti kami akan kontak Bapak untuk menyambung silaturahim".
"Silakan catat nomer saya, dan silakan telpon saya. Nanti sekalian saya maki-maki kalian habis-habisan kalau berani telpon", jawab lelaki itu masih dengan emosi.
Usai acara, ikhwah menceritakan kejadian itu kepada ketua MPW Jawa Tengah yang tinggal di Banyumas, sembari menyerahkan nomer telpon lelaki tersebut.
Ketua MPW langsung menelpon lelaki itu dan janjian akan bertemu untuk silaturahim.
Esok harinya, Ketua MPW silaturahim ke rumah lelaki tersebut, yang ternyata adalah Ketua Satgas sebuah Parpol.
Saat bertemu di rumahnya, ia masih mencurahkan emosi dan kebenciannya terhadap PKS karena telah korupsi sapi.
Sang Ketua MPW mencoba memberi penjelasan seputar tuduhan korupsi sapi, dengan berbagai keganjilan yang terjadi sejak awal kasus penangkapan LHI. Lelaki itu tampak mendengarkan dengan seksama.
Setelah mendengar penjelasan Ketua MPW, ia tampak bisa  menerima dan makin mereda emosinya.
"Setelah saya pikir, semua parpol memang sama saja. Akhirnya kita harus kembali melihat orang-orang di dalamnya. Saya membuka diri bagi anda dan teman-teman anda yang bisa dipercaya, untuk saya perjuangkan," ujarnya.
"Silakan kontak saya lagi, nanti anda akan saya pertemukan dengan orang-orang dan jaringan saya, untuk memenangkan orang-orang baik seperti anda dan teman-teman anda. Kita bicara atas nama personal saja, tidak membawa nama partai", lanjut lelaki ini setelah berbicara panjang lebar dengan Ketua MPW.
***
Tuh, makanya silaturahim... Jangan takut orang bilang apa. Datangi semua orang, sampaikan penjelasan kepada mereka. Ajak mereka untuk mendukung PKS. Kalau mereka tidak suka partainya, mereka akan suka dengan anda.
Mengapa? Karena anda adalah kader-kader pilihan yang disiapkan untuk menjadi teladan.
Mari silaturahmi. Hadapi manusia dengan cinta.