Senin, 30 Desember 2013

Mentan Suswono: Kita Surplus 5,4 Juta Ton Beras Tahun Ini


Jakarta -Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menegaskan tahun ini Perum Bulog tak impor beras karena produksi beras dalam negeri mengalami surplus sebesar 5,4 juta ton.
"Tahun ini produksi padi kita realisasinya mencapai 70,87 juta ton (bentuk gabah), sedangkan ketersediaan beras tahun ini mencapai 39,8 juta ton dimana kebutuhan tahun ini sebesar 34,4 juta ton, kita surplus beras sebesar 5,419 juta ton," kata Suswono di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (30/12/2013).
Suswono menegaskan dengan surplus 5,4 juta ton tersebut, membuat Bulog tidak perlu lagi impor beras. Hal ini cukup positif bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya terutama di 2011.
"Jadi tahun ini Bulog tidak impor beras, karena stok di gudangnya cukup," ucap Suswono.
Suswono mengklaim tidak hanya produksi beras saja yang surplus, namun untuk produksi jagung tahun ini surplus 4,1 juta ton, bawang mewah surplus 84.000 ton, cabai besar surplus 187.900 ton seta daging unggas dan telur unggas surplus masing-masing sebesar 419.800 ton dan 54.600 ton.
"Gula pasir untuk pemenuhan kebutuhan gula konsumsi rumah tangga kita surplus 384.300 ton, tetapi untuk pemenuhan seluruh kebutuhan gula nasional hanya 2,54 juta ton tidak cukup, makanya kebutuhan gula untuk industri dipasok dari impor dan cadangan gula pada 2012," tutupnya. [detik]
Sumber :
http://www.pkssumut.or.id/2013/12/mentan-suswono-kita-surplus-54-juta-ton.html
================================================================================
Mentan: Tidak Ada Alasan Indonesia Impor Beras
Klaten - Menteri Pertanian RI Suswono menegaskan tahun ini Indonesia tidak perlu mengimpor beras. Pasalnya stok beras yang dimiliki Badan Urusan Logistik (Bulog) sudah lebih dari dua juta ton sampai akhir tahun ini.
“Tahun ini tidak perlu impor beras. Stok Bulog cukup. Sudah lebih dari dua juta ton,” 
tegas Mentan Suswono saat meninjau gudang beras Bulog di Klaten, Jawa Tengah, Senin (23/12).
Mentan menjelaskan, produksi beras tahun ini mencukupi untuk kebutuhan nasional, bahkan  surplus. Produksi gabah kering giling mencapai lebih dari 70 juta ton atau setara dengan 40 juta ton beras. Sementara konsumsi beras nasional mencapai 33 juta – 34 juta ton tahun ini. Jadi terdapat surplus antara 6 juta – 7 juta ton.
“Bulog juga dapat menyerap beras petani dengan baik, sehingga tidak ada alasan untuk impor,” tandas Mentan lagi.
Mentan menjelaskan, Bulog biasanya melakukan impor jika tidak dapat menyerap beras di dalam negeri karena faktor harga di tingkat petani yang lebih tinggi dari Harga Penetapan Pemerintah (HPP). Karena jika Bulog membeli beras di atas HPP hal itu melanggar Undang-Undang.
Bulog akan mencari beras di pasar luar negeri yang harganya di bawah HPP untuk memenuhi stok dua juta ton di akhir tahun. Stok beras di Bulog digunakan untuk tanggap bencana, raskin, dan operasi pasar.
Mentan juga mengemukakan, meski menghadapi laju konservasi lahan pertanian 100 ribu hektare  setiap tahun – sementara kemampuan cetak sawah pemerintah hanya 50 ribu hektare per tahun, perubahan iklim, serta penurunan anggaran Kementerian Pertanian sebesar Rp 2 triliun,  target surplus 10 juta ton beras tahun 2014 akan terus diupayakan tercapai.
“Kita akan terus berupaya mencapai target surplus beras 10 juta ton di akhir 2014. Caranya dengan menggenjot produktivitas sawah-sawah yang ada,” katanya.
Pupuk Bersubsidi
Dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional pemerintah juga meningkatkan subsidi pupuk hingga Rp 18 triliun. Dan pemerintah pun akan menyediakan pupuk bersubsidi berapa pun kebutuhan kelompok tani.
Petani sempat kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, karena tiba-tiba hilang di pasaran. Pemicunya adalah kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk. Kenaikan itu menyebabkan turunnya produksi pupuk bersubsidi dari 9,2 juta ton menjadi 8,6 juta ton.
Namun kini kelompok tani bisa menebus pupuk bersubsidi seusai dengan kebutuhannya asal memiliki Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).
Bagi daerah yang mengalami kekurangan penyediaan pupuk bersubsidi untuk pertanaman bulan Desember 2013 tetap akan dipenuhi oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) berdasarkan RDKK yang telah disusun kelompok tani dan disetujui oleh Dinas Pertanian setempat.
“Jadi berapa pun kebutuhan pupuk akan disediakan pemerintah. Dan kelompok tani yang memiliki RDKK bisa menebus pupuk bersubsidi di kios-kios yang ditunjuk,” 
Jelas Mentan. (tajuk)
======================================================================
Kebenaran Perlahan Terbuka Lebar
Perlahan Namun Pasti, Kebenaran Terungkap. PKS dan Kadernya tidak mau menaikkan Kuota Daging Sapi, Akhirnya Ustadz LHI di Fitnah dan Dibunuh Karakternya. 
Persidangan kasus impor daging sapi yang sejak awal sangat janggal terus berjalan, Luthfi Hasan Ishaq (LHI) selaku target utama kasus ini mulai bersuara dipersidangan, kali ini LHI menyebutkan sosok Bunda Putri yang merupakan utusan SBY yang merupakan sosok dibalik kasus ini. 
Yang menjadi menarik adalah ketika sosok Bunda Putri disebutkan, SBY langsung kalap dengan melontarkan penolakanya bahwa dirinya tidak mengenal Bunda Putri (10/10/2013). 
Nampak sekali terlihat respon yang berlebihan dari SBY menimbulkan beragam pertanyaan public tentang siapa sebenarnya sosok bunda putri ini? Mari kita bahas lebih mendalam tentang sosok Bunda Putri ini dan menarik benang merang antara Bunda Putri, Sengman, SBY dan akhirnya LHI dengan kasus kuota daging sapi impornya. 
=======================================================================
BPK : Impor Daging Sapi, Perdagangan Langkahi Pertanian
Jakarta. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa kelalaian dalam pemberian persetujuan impor daging sapi dari Menteri Perdagangan, yang tidak berdasarkan rekomendasi dari Menteri Pertanian.
“Terdapat lima jenis kasus impor daging sapi yang diduga melanggar peraturan dan perizinan yang diberikan,” kata Ketua BPK Hadi Poernomo saat menyampaikan sambutan penyerahan Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2012 di Jakarta, Selasa (2/4) siang.
Pelanggaran aturan tersebut meliputi kegiatan impor tanpa surat Persetujuan Pemasukan (SPP), pemalsuan dokumen invoice pelengkap Persetujuan Impor Barang (PIB), pemalsuan persetujuan impor, serta pemasukan daging tanpa prosedur karantina. “Selain itu, diduga adanya perubahan nilai transaksi impor daging sapi untuk dapat membayar bea masuk yang lebih rendah.”
=======================================================================
LHI Tidak Pernah Meminta Kuota Daging
JAKARTA – Luthfi Hasan Ishaaq tidak pernah meminta tambahan quota daging sapi, baik secara langsung kepada Menteri Pertanian maupun melalui orang lain. LHI juga tidak pernah mendorong satu atau beberapa perusahaan untuk mendapatkan kuota impor daging sapi.
Hal tersebut terungkap dalam keterangan Menteri Pertanian Suswono pada sidang lanjutan kasus suap daging impr dengan terdakwa Luthfi Hasan Ishaaq, Kamis (3/10) di Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan.
========================================================================
Keanehan di Balik Impor Daging Sapi Australia oleh Bulog
Bulog telah mengimpor daging sapi dari Australia sebanyak 1098,8 ton. Impor ini konon digunakan untuk meredam kenaikan harga kebutuhan pokok yang terjadi di pasar setelah kenaikan BBM hingga selama puasa-lebaran.
Tetapi di balik impor oleh Bulog ini, sejumlah keanehan yang menabrak regulasi terjadi.
Diantaranya adalah:
Mengapa yang menjadi prioritas distabilkan/diturunkan harganya adalah daging sapi ? Sementara harga yang melonjak adalah cabe, bawang, beras dan kebutuhan lainnya? Hingga saat ini, harga bawang di beberapa daerah masih mencapai Rp 74.000.
=======================================================================
Marty Tolak Indonesia Disebut Bangkrutkan Peternak Sapi Australia
JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu), Marty Natalegawa, menolak menyebut langkah kebijakan kerja sama perdagangan Indonesia sebagai penyebab kebangkrutan para peternak sapi di Australia terutama bagian utara.
"Terlalu jauh untuk mengatakan bahwa Indonesia sudah membuat peternak sapi Australia bangkrut," kata Marty di kantornya di Jakarta, Jumat.
Menurut Marty, pendekatan kerja sama ekonomi sudah prinsip dasarnya adalah saling menguntungkan supaya bisa bertahan lama.
Oleh karena itu, Indonesia dalam hubungan ekonomi dengan Australia terkait produk daging sapi pada beberapa tahun terakhir menyampaikan pendekatan bukan saja berbentuk perdagangan melainkan juga investasi.
"Indonesia tentunya berkeinginan untuk membangun industri peternakan sapi serta kapasitas pedagangnya juga," ujar Marty.
"Oleh karena itu, kepada pihak Australia kami mengundang mereka untuk bukan hanya berdagang tetapi juga bedin ekstasi dan secara bersamaan meningkatkan kapasitas peternakan sapi di Indonesia," kata dia menambahkan.
Media Australia, ABC, sempat melaporkan berita terkait krisis yang melanda peternak sapi di beberapa bagian Australia dan menyebut kebijakan penghentian ekspor daging ke Indonesia pada 2011 serta rencana swasembada daging oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu penyebabnya.